Showing posts with label THE REVIEWS. Show all posts
Showing posts with label THE REVIEWS. Show all posts

Sunday, May 05, 2013

WANITA YANG SABAR

Ga kerasa kita udah masuk Bab 10 buku Lady in Waiting. Setelah belajar tentang Wanita yang Penuh Keyakinan, terakhir kita akan belajar menjadi Wanita yang Sabar. Kenapa ini jadi Bab paling akhir? Karena setelah memahami betul semua tujuan, rancangan, dan maksud Allah, bagian terakhir dibungkus dalam sikap hati paling penting dalam penantian, yaitu kesabaran


Mari kita belajar tentang Wanita yang Sabar dari 2 orang teman sekamar, yang udah sering banget jadi pengiring pengantin sampe-sampe gaun mereka saking banyaknya udah bisa bikin tempat sewa gaun. Mereka masih menunggu pria yang disediakan Allah bagi mereka, dan mereka menikmati masa lajangnya padahal umur mereka ga lagi muda. Mereka juga bilang klo nanti akhirnya mereka menikah, lagu prosesi yang akan diputer adalah Great is Thy Faithfulness.

Mungkin kita bertanya-tanya, kok bisa ya mereka nunggu kaya gitu? Gimana wanita yang sudah berumur bisa sabar waktu keliatannya penantian itu tiada akhir. Menanti itu kan ga segampang waktu kita muda, dan bisa jadi luar biasa susah waktu kita jadi makin tua. 

Tapi Allah menunjukkan kesetiaan-Nya pada 2 sahabat ini dengan cara istimewa. Mereka yang memilih untuk menantikan yang terbaik dari-Nya, terlepas dari kenyataan mereka akan menikah atau tidak. Allah membiarkan pangeran mereka muncul bagi masing-masing mereka hanya selang beberapa minggu. 2 sahabat karib ini bersukacita dalam kesetiaan Allah saat mereka merencanakan acara pernikahan mereka dan kemudian saling berpartisipasi dalam acara pernikahan. Mereka menyaksikan kesetiaan Allah dalam pernikahan sebagaimana dalam masa lajang karena mereka menantikan waktu Allah. 


Apa penantian mereka gampang? Pastinya enggak, gw bisa ngebayangin gimana rasanya klo umur udah hampir kepala 3 terus masih belom ketemu juga, lalu kita bisa mikir macem-macem, “Tuhan mau gw nikah ga sih?” atau “Tuhan lupa ya klo gw belom punya pasangan?” 

Tapi apa penantian itu worth it? Mereka jawab, “Puji Tuhan. Ya, penantian ini memang pantas dilakukan!” 

Yuk, teguhkan hati kita. Kita ga sendiri kok dengan perasaan dan pergumulan yang kita hadapi ini. Banyak wanita saleh yang telah menanti dan menang. Banyak wanita yang telah kehilangan harapan dan berkompromi. Menantilah dengan sabar dan percayakan masa depan kita kepada Bapamu yang telah merencanakannya bagi kita. Percaya kalo Dia yang menulis kisah cinta kita.



Konsekuensi Ketidaksabaran 

Ada konsekuensi-konsekuensi suram bagi para wanita lajang yang tidak memilih untuk mengembangkan kesabaran dan menantikan waktu Allah. masyarakat kita dipenuhi dengan contoh-contoh yang membuat hancur hati. Beberapa berakhir dengan perceraian; yang lain berakhir dengan perpisahan emosi yang menyebabkan suami dan istri hanya berada dalam satu atap tanpa ada ikatan emosi. Beberapa meninggalkan kerusakan pada anak-anak yang berharga. Kerusakan yang dihasilkan oleh rasa takut dan tidak aman akibat pernikahan yang tidak sehat. Allah tidak bermaksud agar wanita memiliki kehidupan seperti itu. 

Mengembangkan Kesabaran

Aster: Flower of Patience
Patience is not the ability to wait, but the ability to keep good attitude while waiting. –Joyce Meyer

Biblically, waiting is not just something we have to do until we get what we want. Waiting is part of the process of becoming what God wants us to be. –John Ortberg

Dua kutipan di atas jelas banget kan menggambarkan apa yang harus kita lakukan sembari menunggu?

Pertama, kesabaran itu bukan cuma soal kita bisa nunggu apa enggak. Kaya misalnya nunggu bus TransJakarta yang lama banget datengnya. Kalo kita tetep nunggu (karena emang terpaksa, klo ga mau naik apa? Haha) terus kita ngomel-ngomel, berarti kita ga sabar donk. Beda kalo kita nunggu dengan sabar, mungkin memaksimalkan waktu dengan baca buku ato apa, tetep muji Tuhan. Sama hal-nya pas nunggu calon pasangan hidup. Kalo sambil mengasihani diri, ato ngejar sana-sini, ga bisa dibilang sabar kan? Beda kalo nunggunya dengan tetep memuji Tuhan, setia melayani Tuhan, terus mengembangkan kualitas-kualitas karakter supaya makin serupa dengan Yesus, dan yang paling penting, sadar kalo kita utuh karena Yesus.


Menyerahkan Kerinduan

Ketika kita menyerahkan kehidupan dan masa depan kita ke tangan Yesus, entah apakah kita akan menikah ato ga, yang penting kita bisa hidup buat kemuliaan Tuhan, itu udah cukup buat kita punya damai dan kuasa dalam hidup kita, cukup untuk buat kita bahagia.

Kita bisa melayani Tuhan dengan setia dan puas, sehingga ketika pada akhirnya kita ketemu dengan pangeran kita, kita udah menunggu dengan sabar dan menggunakan waktu penantian untuk bersiap-siap.

Ada juga yang mungkin merasa kenapa kok pangerannya ga dateng-dateng, padahal kita udah menunggu lama dan merasa udah melakukan semua yang perlu dilakukan. Bisa jadi pada saat itu Tuhan sedang membentuk pangeran kita. Bukan cuma kita para wanita yang memerlukan hari-hari penantian supaya disempurnakan buat teman hidup kita nanti. Akhirnya pada saat kita bertemu, kita baru ngerti kenapa harus menanti. Ketika kita menumbuhkan kesetiaan kepada Allah, ternyata pangeran kita sedang bertempur dan mengalahkan beberapa naga.

Mazmur 37:7 berkata, "Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia..." Jadi jangan menantikan sang pria atau masa depan sempurna, tapi nantikanlah Dia.

Kita harus menyadari bahwa tidak semua wanita akan menikah. Pernikahan bukanlah suatu kebutuhan, meskipun Allah memilih untuk membiarkan pernikahan memenuhi beberapa kebutuhan yang mungkin dimiliki seorang wanita. Pernikahan tidak membuat seorang wanita menjadi lengkap, mesti beberapa wanita yang menikah mendapati bahwa pernikahan melengkapi beberapa kelemahan mereka. Jika pernikahan adalah suatu kebutuhan atau sesuatu yang membuat wanita lengkap, maka semua wanita yang saleh akan menikah. Ada banyak contoh wanita yang benar-benar memuliakan Tuhan yang tidak memiliki teman hidup tapi tetap merupakan Wanita yang Sabar.

Mungkin kita sedang menantikan seorang pria, tapi fokuslah menantikan mempelai Surgawi kita, Yesus Kristus! Tuhan pencipta kita, hanya Dia yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan terdalam hati kita.

Jangan biarkan ketidaksabaran merampas kita dari kehidupan lajang yang diberkati Allah. Sadarilah bahwa kita tidak membutuhkan pernikahan untuk bahagia dan memilki hidup yang utuh. Serahkan pernikahan kita ke tangan Allah. Dia tau apa yang terbaik bagi kita. Penentuan waktu-Nya sempurna dan Ia akan memelihara wanita-Nya, Wanita yang Sabar.

Akhir kata, semoga kita semua dapat menjadi wanita yang tanpa ragu-ragu menyerahkan diri kepada Allah, dengan giat menggunakan hari-hari lajang kita, percaya kepada Tuhan dengan iman yang tak tergoyahkan, melakukan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari, mengasihi Allah dengan pengabdian yang tak teralihkan, menjaga kemurnian fisik dan emosi, hidup dalam rasa aman, menanggapi hidup dengan penuh rasa puas, membuat keputusan berdasarkan keyakinan, dan dengan sabar menanti Allah memenuhi kebutuhan kita.

Suggested reading:
Precious Waiting Moment

Great is Thy faithfulness. Great is Thy faithfulness.
Morning by morning new mercies I see.
All I have needed Thy hand hath provided;
Great is Thy faithfulness, Lord, unto me.


Wednesday, May 01, 2013

A MAN WORTH WAITING FOR


Lanjutan dari Wanita yang Penuh Keyakinan alias Bab 9 Lady in Waiting. Sekarang kita akan bahas tentang pria yang pantas dinantikan. Seperti udah gw sebutin di post sebelumnya, gw punya kriteria fisik seperti ini: 

Gw suka cowok yang tinggi (lebih tinggi dari gw pastinya), badannya tegap, dadanya bidang, cakep, klo senyum bisa bikin gw klepek-klepek. Kaya Siwon ato Xiao Ming gitu deh. Hahaha. 

Gw yakin kita semua pasti punya tipe fisik kesukaan kita sendiri. Ada yang sukanya cowok chubby, ada yang sukanya cowok berkulit eksotis, ada yang sukanya cowok dengan rahang tegas, dll deh. 

Malah kadang, ketika dari penampilan pertama cowok itu udah ga sesuai kriteria, kita langsung menunjukkan sikap ga tertarik. Kita ga mau mengenal lebih lanjut karena secara fisik, kita ga suka. 

Kalo kalian gimana? Apakah sukanya sama cowok besar, gagah, berotot (BGB) atau tinggi, putih, cakep (TPC)? Klo gw sukanya yang BGTCM (bidang, gagah, tinggi, cakep, manis) hahaha. Ternyata keinginan-keinginan kita ini harus diserahkan sama Tuhan lho, sebagaimana dijelaskan dengan lugas di paragraph yang gw kutip ini: 

Setiap orang memiliki kesukaan tertentu. Tetapi pola pikir semacam itu perlu diserahkan pada Yesus. Terlalu banyak wanita lajang yang kehilangan harta karun dalam pria-pria saleh karena harta karun itu tidak terbungkus dalam BGB atau TPC. Kita perlu terbuka pada pria-pria yang tidak cocok dengan stereotype yang kita inginkan. Terlalu sering seorang pria memuaskan pandangan mata, tetapi membiarkan hati kosong dan penuh kerinduan. Ingatlah, setelah beberapa tahun, tinggi, putih, dan cakep itu dapat berubah menjadi buncit, botak, dan keriput. 

Jadi topik ini mau ingetin kita untuk lebih fokus pada kualitas karakter daripada penampilan fisik saat menanti datangnya Boas kita. Nah, kualitas karakter ini yang perlu kita perhatikan bener-bener buat dipertimbangkan jadi calon pasangan hidup (dan buat pertumbuhan karakter kita sendiri), karena kita ga bisa berharap pria yang ga punya karakter ini akan langsung jadi punya setelah menikah. Oh ya, klo mo perhatiin karakter pria, jangan hanya menilai dari bagaimana dia memperlakukan kita, tapi juga orang-orang disekitarnya. 

Menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan diri sendiri (Filipi 2:3-4) 

Ga egois dan mikirin diri sendiri, ga self-centered, peduli, toleran, simpati, dan empati sama keadaan orang lain. Mengasihi orang bukan karena perasaan semata tapi juga karena komitmen. 

Bersukacita dalam hubungannya dengan Kristus (Yohanes 15:11) 

Punya sukacita surgawi, walaupun mungkin sebenernya lagi ada masalah, tapi ga membiarkan sukacita itu dicuri dari hatinya. Sukacita dalam Tuhan nyata di kehidupannya. 

Menjaga hubungan sebagaimana sepatutnya (Ibrani 12:14) 

Ga suka cari masalah dan cari musuh, menjaga hubungan baik dan perdamaian dengan semua orang, dari orang tua, temen-temen, rekan kerja, dll. Berusaha mengampuni kesalahan orang lain dan ga menyimpan dendam. 

Tidak mau melompat mendahului waktu Tuhan (Mazmur 37:7) 

Mau bersabar dan menunggu waktu Tuhan, ga terburu-buru dan impulsif karena pengen bener-bener ngikutin kehendak Tuhan. Termasuk soal pasangan hidup, bukan cuma menuruti mata, nafsu, atau perasaan aja, tapi bener-bener konsultasi dengan Tuhan dan sabar nunggu jawaban-Nya dan cara-Nya. 

Berusaha untuk memenuhi kebutuhan orang lain (Efesus 4:32) 

Selalu peka dengan sekelilingnya dan bersedia meluangkan waktu, uang, tenaga buat nolong orang lain walaupun ga dapet balasan. 

Membela yang benar (Roma 2:10) 

Ga suka sama hal-hal yang jelas salah. Punya integritas untuk melakukan hal-hal yang benar dan menghindari hal-hal yang ga berkenan buat Tuhan. 

Menyelesaikan tanggung jawab yang Tuhan berikan (1 Korintus 4:2) 

Setia menggunakan talenta-talentanya untuk melayani dan memuliakan Tuhan. Setia sama perkara-perkara kecil. Ga over confident tapi juga ga inferior. Dia bukan pemimpi yang berharap punya lebih banyak kemampuan, tapi dia rajin memaksimalkan talenta-talenta yang dikasih Tuhan. Pria yang dapat diandalkan. 

Mengerti pentingnya perasaan dan emosi (Kolose 3:12) 

Kita ada yang tertarik sama pria dominan yang suka ngatur dan over protektif karena merasa aman, ada juga yang lebih suka sama pria lemah soalnya kita jadi bisa ngatur mereka. Yang kita perlukan sebenernya pria lemah lembut, yang bisa ambil inisiatif dan memimpin, tapi juga menyesuaikan dengan tanggapan-tangapan lembut terhadap persaan orang lain. 

Lari dari pencobaan untuk berkompromi (Amsal 25:28) 

Pria ini ga mau berada dalam situasi yang bikin dy kompromi, kaya kemabukkan atau minum-minum. Dia menghindari perkataan yang bisa memicu perselisihan. Dia ga mengizinkan emosi mengendalikannya dan ga mengizinkan kemarahan menghancurkannya. 

Ciri-ciri ini bukanlah suatu idaman yang tidak realistik. Waktu seorang pria mengikut Yesus, Roh Kudus mengerjakan hal-hal ini dalam kehidupannya. Sebenarnya, kita dapat membaca lagi daftar ini dan mencocokkan cirinya dengan buah Roh Kudus. “Tetapi buah Roh ialah: kasih, cukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” (Galatia 5:22-23). 

Tidak ada satu pun dari pria yang anda temui akan memiliki semua ciri-ciri itu secara sempurna. Semua kita berada pada tingkat kedewasaan yang berbeda. Seorang prianya Allah adalah seseorang yang berusaha diubahkan menjadi seperti pribadi Krsitus. Tetapi hati-hatilah waktu salah satu ciri Roh Allah benar-benar tidak ada di dalam kehidupan seorang pria atau ia tidak mau berurusan dengan hal itu. 

Tidak berarti seorang pria harus sempurna supaya bisa berkencan dengan kita. Maksudnya, ia harus bertumbuh dalam keserupaan dengan Kristus dan dimampukan oleh kuasa Roh Kudus, sebelum kita mulai berkencan dengan dia. 

Menikahi pangeran yang mengasihi Tuhan dan ingin melayani-Nya adalah hak yang istimewa dalam hidup kita. Pantas dinantikan, berapapun harganya. 

P.S. Tak bosan-bosannya mengingatkan (termasuk ke diri sendiri): 

If you want a prince, be a princess. If you want a gentleman, be a lady. If you want a godly man, be a godly woman. 

Hehe. Karakter yang kita harapkan dari calon suami kita, kembangkan juga karakter tersebut karena pasti itu yang diharapkan calon suami kita. Mari berjuang. I’m not saying it’s easy, but it will be worth it. 

Suggested reading:
A Man Worth Waiting For by Jackie Kendall (Gw juga lom baca sih, tapi kayanya bagus, pengarangnya sama) 



Saturday, April 27, 2013

WANITA YANG PENUH KEYAKINAN

Salah satu alasan kenapa para Lady in Waiting sampai sekarang masih single adalah, belom bertemu dengan pria yang kita idamkan di antara begitu banyak pria di luar sana. Kalopun kita rasa udah ketemu, eh ternyata doi ga tertarik sama kita. Haha. Seperti apa sih tipe pria idaman kita? Apa sih yang kita liat dari seorang pria

Pasti ada macem-macem jawaban deh, yang ganteng, yang mapan, yang dewasa, yang lucu, yang setia, yang romantis, yang tingginya lebih dari 180 cm, yang perutnya rata, yang ada lesung pipi-nya, yang dadanya bidang, dan yang masih banyak lagi. Setiap orang pasti punya kriteria sendiri. Hanya satu hal yang perlu kita tau, jangan mengharapkan pria sempurna, karena bahkan Choi Siwon pun ga sempurna. Hahaha. Gw pernah nulis tentang ini, baca di Waiting for a Perfect Man ya. 

Kriteria yang gw tulis di atas bener-bener punya gw loh, tapi waktu gw belom ngerti dan masih lugu kok. Haha. Sekarang gw udah menetapkan kriteria yang bener, yang ga duniawi lagi, terus ga muluk-muluk, tapi sangat penting buat gw. Gw pernah tulis di Man of My Dream, gara-gara ledekkan temen-temen kantor gw haha. Kriteria yang gw tulis disana, kalo disingkat dengan istilah yang sering digunakan di kalangan orang Kristen adalah godly man. Pria saleh. 

Pria saleh? Pria alim yang pendiam dan relijius? Pasti ga gaul dan ngebosenin banget deh! Dia pasti ga bisa bercanda dan garing. Itukah yang ada di pikiran kita pas denger istilah itu? 

That’s not true. Pria saleh alias godly man adalah pria yang tujuan hidupnya adalah untuk memuliakan Tuhan, dia ga sempurna, tapi hari demi hari dia hidup dalam Kristus dan Kristus di dalam dia, dan dia berjuang untuk bisa semakin serupa dengan Kristus. Dia masih bisa berbuat dosa, tapi karena Roh Kudus ada di dalam dia, dia rendah hati dan bersedia belajar, selalu dengar-dengaran firman Tuhan dan bersedia dibentuk sama Tuhan. Dia masih pria yang ga bisa baca pikiran wanita dan masih berpotensi menyakiti kita dan ga bisa memenuhi harapan-harapan kita, tapi dia mau mencoba mengerti kita, dan tetap mengasihi kita yang adalah tulang rusuknya. 

Dan pria saleh itu ga harus selalu pendiam dan membosankan. Mereka, menurut gw, lebih hati-hati dalam bicara karena mikirin perasaan orang lain, dan ga sembarangan melontarkan lelucon yang bisa menyinggung orang. But it doesn’t mean they can’t make us laugh. Mereka tetap berwawasan luas, tapi klo ditanya tempat dugem yang paling hip, ya jelas mereka ga tau, terus dibilang ga gaul deh. Hehe. Seperti itulah kira-kira pendapat gw. 

Hayoooo mau ga dapet suami yang kaya gitu??? 

Langkah pertama adalah, minta sama Tuhan. Minta Tuhan ubahkan KITA jadi godly woman. Jadi wanita yang semakin hari semakin serupa dengan Kristus, jadi wanita yang rendah hati dan mau ditegur, mau diajar, mau dibentuk, mau dengar-dengaran firman, mau mengasihi, mau hidup dalam Kristus dan ketetapan-Nya, mau menghasilkan buah roh, mau taat, mau melayani, dll. Karakter seorang putri Kerajaan Surga deh pokoknya. Hehe.


Lalu apa hubungannya kriteria-kriteria semacam itu dengan wanita yang penuh keyakinan? 

Mari kita telusuri lebih lanjut. Pernah ga, kita meragukan kriteria-kriteria kita, lalu bertanya pada diri sendiri, “Apa masih ada pria kaya gitu di luar sana? Apa pria kaya gitu mau sama diriku yang banyak kekurangan? Apa pria kaya gitu mau terima masa laluku yang kelam?” 

Gw pernah. 

Lalu gw dapet jawabannya di buku ini, dan gw akan share disini. 

Pria saleh masih ada di luar sana, Tuhan sediakan bagi wanita-wanita yang mengasihi Dia. 

Lalu apa dia mau sama kita yang banyak kekurangan atau masa lalu kita begitu ga layak? 

Check this out: 

Barang-Barang Rusak 

Gw pribadi, mengalami hal yang sama dengan si penulis. Mungkin karena kita sama-sama kenal Yesus pas kita udah mulai dewasa, sehingga di masa remaja kita udah banyak melakukan hal-hal yang merusak diri sendiri. Gw juga mikir hal yang sama, seandainya gw lahir di keluarga Kristen yang saleh, sehingga gw dari kecil udah dididik yang bener, udah kenal firman, maka gw ga akan tumbuh dengan menyakiti begitu banyak orang, melakukan kesalahan-kesalahan bodoh, menyakiti diri gw sendiri dan juga kehilangan banyak waktu buat melayani Tuhan. 

Gw pengen kaya orang lain yang pelayanan dan jadi pelaku firman dari mereka kecil, sehingga mereka tumbuh dengan karakter-karakter Kristus. Sedangkan gw, kebiasaan bertahun-tahun udah membentuk sifat dan karakter gw seperti sekarang, dan sangat susah buat mengubah itu. Dari yang ga sabaran harus nahan diri supaya sabar, nahan diri supaya ga emosian (baca di Kenapa Aku Harus Naik Angkot), nahan diri supaya bisa lemah lembut, bisa tunduk sama otoritas, itu susahnya luar biasa

Belom lagi para wanita lain yang mungkin di masa lalunya ga jaga kekudusan, atau pernah pake narkoba, atau dipenjara, atau segala macam kesalahan lain yang bikin kita jadi merasa orang paling berdosa sedunia. Kita jadi merasa kaya barang rusak dan ga layak dapet pria saleh. 

Tapi terima kebenaran ini para Wanita yang Penuh Keyakinan, bahwa: 
  1. Allah membuang dosa kita sejauh timur dari barat (Mazmur 103:12) dan sedalam tubir laut (Mikha 7:19). Tinggalkan dosa dan masa lalu kita yang buruk. Entah apakah itu dosa seksual (baca di Rewrapping the Gift) atau dosa-dosa yang lain. 
  2. Mulai hidup baru dalam Kristus. 2 Korintus 5:17 berkata, "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang". Mulai hidup sebagai wanita saleh, wanita yang berkenan di hati Tuhan. Rekomendasi gw, baca A Woman After God’s Own Heart by Elizabeth George. 
  3. Mulai membentuk diri jadi pribadi yang tepat, selagi menunggu pasangan yang tepat. Baca Becoming a Woman God Wants me to Be

Selagi melakukan hal-hal tersebut, berjuang dan bergumul, tetap tenang di dalam Kristus dan jangan turunkan standar kita mengikuti standar dunia. 

Inilah fungsinya jadi wanita yang penuh keyakinan. YAKINLAH bahwa Allah menyiapkan yang terbaik untuk kita. Jangan membiarkan kekurangan dan masa lalu kita membuat kita settle for less. Well, kita mungkin belom bisa disebut godly banget, but we are working on it, right? Kita masih dibentuk Tuhan dan begitu juga calon suami kita. Baca deh kisah cinta Eric dan Leslie Ludy, penulis buku When God Writes Your Love Story. Di buku mereka yang judulnya When Dreams Come True, kita bisa liat pergumulan-pergumulan Leslie yang merasa klo dia ga pantes untuk Eric. Baca juga kisah Shannon dan Joshua Harris di Boy Meets Girl

Kenapa harus penuh keyakinan dan ga boleh turunin standar? 
  1. Kita bakal bersama dia seumur hidup. Dia yang bakal jadi kepala keluarga, orang yang paling deket sama kita, dan kepada dia kita harus tunduk (Efesus 5:22). Tentunya kita ga boleh sampe salah pilih donk? 
  2. Kita bukan cuma cari pasangan hidup, tapi kita cari ayah untuk anak-anak kita. Baca disini buat lebih lengkapnya: Mencari Ayah untuk Anak-anakku by Shinta Poulsen. 
  3. Pernikahan itu tujuannya lebih ilahi dari apa yang kita kira. Pernikahan itu melambangkan hubungan Yesus dengan jemaat-Nya. Pernikahan itu dimaksudkan untuk kemuliaan Tuhan, jadi bukan buat sembarangan. Baca di This Momentary Marriage by John Piper. 
Sekarang di saat umur kita masih kepala dua gw masih bisa YAKIN, tapi gimana nanti klo ternyata umur udah kepala tiga dan masih belom bertemu pria seperti itu, lalu apakah akhirnya kita akan nurunin standar? 

Kalau saat itu emang datang, buka post ini dan baca ulang. Haha. 

Do not settle for less while God wants to give us the best. 


Standar-Standar Alkitabiah 

Dibawah ini adalah contoh kualitas pria yang mungkin kita butuhkan: 
  • Orang Kristen yang dikendalikan oleh Roh Kudus (Efesus 5:18) 
  • Yesus nomor satu dalam kehidupannya (Markus 12:30) 
  • Mengerti bagaimana bergantung secara penuh pada Yesus (Filipi 4:13) 
  • Berpikiran pada pelayanan (1 Korintus 4:2) 
  • Seorang pria yang memiliki visi, peduli akan jiwa yang tersesat (Roma 10:14) 
  • Roh yang peka, sensitif pada kebutuhan-kebutuhan orang lain (Galatia 6:2) 
  • Mengerti tanggung jawab luar biasa seorang suami pada istrinya (Efesus 5:25-31) 
  • Cukup rendah hati untuk dapat diajar dan mengajar orang lain (Matius 28:19-20) 
  • Pria yang berdoa, ia tahu kunci keberhasilan adalah waktu pribadinya dengan Allah (Kolose 4:2) 
  • Pria keluarga, ia rindu membesarkan anak-anak bagi kemuliaan Allah (Amsal 22:6) 
Standar-standar ini nantinya akan membantu ketika kita dikuasai emosi dan gelora cinta pada pria yang salah. Seperti sebuah pepatah bilang, “Buka dua mata lebar-lebar sebelum menikah, dan tutup sebelah mata setelah menikah.” Kita memang ga bisa menuntut kesempurnaan dan katanya kalo cinta harus menerima orang apa adanya. Benar, terima suami apa adanya. Tapi sebelumnya? Buat pilihan dan keputusan bijak sebelum menjadikannya suami kita


A Man Worth Waiting For gw tulis terpisah ya, soalnya panjang. Click link to read. 

P.S. Tapi tentu saja walaupun gw ga lahir di keluarga saleh, gw sangat bersyukur dengan keluarga dan kondisi sekarang, dan kesempatan buat terus bergantung sama Tuhan dalam proses pembentukkan. Later I will write about Choosing Our Family.

Next: Wanita yang Sabar

WANITA YANG PUAS

Jadi Wanita yang Penuh Rasa Aman, erat kaitannya dengan jadi wanita yang puas (content).

Contentment means embracing a sense of satisfaction and sufficiency.  

Mari kita bayangkan ilustrasi berikut ini. Kita abis ikut satu acara, misalnya retreat. Lalu disana kita kenal sama seorang pria yang berpotensi. Eh, tak disangka pria itu nelpon buat ngobrol! Kira-kira reaksi kita gimana ya? Apa kita bakal tetep tenang dan menyerahkan harapan-harapan kita pada Tuhan, atau… kita bakal langsung heboh, mikirin tanggal pernikahan dan merancang gaun pengantin di pikiran kita? Haha. 

Sebagai wanita dalam penantian, pasti rasanya emang deg deg ser banget pas itu terjadi. Lalu gimana biar kita bisa tetap tenang dalam Tuhan, sabar dan ga tergesa-gesa, ga langsung ngambil kesimpulan yang belum tentu bener, guna menghindari another broken heart? Jadilah wanita yang puas. 


Dalam Bab 8 buku Lady in Waiting ini, kita akan mempelajari tentang bagaimana menjadi Wanita yang Puas lebih lanjut. Ketidakpuasan awalnya bermula dari keinginan-keinginan hati kita.

Siksaan Keinginan 

Definisi penderitaan adalah memiliki apa yang tidak kita inginkan (dalam hal ini jomblo) dan tidak memiliki apa yang kita inginkan (dalam hal ini pasangan). Gw sendiri, waktu belom tau kebenaran ini, merasa sangat amat pengen banget punya pacar. Bisa berbagi cerita, bisa diperhatiin, bisa manja-manjaan, bisa sayang-sayangan, dll deh. Rasanya hidup tuh belom lengkap klo ga punya pacar. Akhirnya siksaan keinginan itu bikin gw jadi merasa menderita karena tak kunjung bertemu dengan si pujaan hati. Bahkan masa penantian pun jadi lebih menyiksa waktu perasaan udah ga bisa dikontrol dan keep asking God, “Apakah dia Tuhan? Dia-kah orangnya? I want him. Dia aja ya, Tuhan.” 

Hayo, siapa yang ky gw dulu, suka maksa Tuhan maunya sama di doi? Hahaha. #pastibanyak #tosdulu 

Siksaan keinginan emang terjadi pada semua orang, tapi bukan cuma para jomblo aja loh. Wanita yang udah menikah pun bisa aja dilanda siksaan keinginan karena pernikahannya ga seperti yang dy bayangkan, atau suaminya ga seperti yang dy harapkan. Banyak wanita yang setelah menikah berharap bisa single lagi, bisa bebas, ga harus ngurusin suami dan anak-anak tiap hari, bisa pilih ulang pasangannya, dll dst. Kenapa bisa terjadi hal kaya gitu? Karena kita berkubang dalam lumpur ketidakpuasan.

Memang bener setelah nikah, seorang suami memuaskan keinginan kita pas jomblo. Tapi setelah itu, akan muncul keinginan-keinginan lain dalam hubungan pernikahan yang ga bisa terpuaskan dan harus kita jalanin seumur hidup. Kenyataan ini membuat kita mempelajari satu kebenaran yang penting, yaitu: 

“If we are not content when we are single, then we won’t be content when we are married.” 

Kalo kita udah puas saat kita single, dengan jadi wanita dalam penantian yang berkenan di hati Tuhan, pake waktu single kita sebaik-baiknya, belajar firman Tuhan dan tau kebenaran, berusaha terus mengembangkan karakter kita supaya jadi seperti Kristus, mengerti klo pernikahan bukan cuma soal mencari orang yang tepat tapi juga menjadi pribadi yang tepat, persiapin diri kita buat calon suami kita, nanti saat kita menikah kita pasti bisa puas, karena kita tau kepuasan itu sumbernya dari Tuhan, bukan dari suami kita. Kepuasan itu dari hati kita, bukan dari keadaan di sekeliling kita. 

Dan yang paling penting: Kita puas udah menjalankan masa single kita sebaik-baiknya, sehingga ga ada lagi penyesalan. 


Terjebak Dalam Fantasi 

Kenapa sih dari awal gw menekankan kalo menjadi wanita yang puas itu penting banget? Salah satu alasannya adalah supaya kita ga hancur secara emosional. Ketika ada pria yang deket sama kita, dan dy masuk kriteria kita, biasanya kita sebagai wanita akan mulai berimajinasi. Mikirin kalo ternyata dy adalah Mr. Right, mikirin kalo nanti dy nembak, mikirin kalo nanti dy ngelamar, dan akhirnya bersanding di pelaminan. Imajinasi semacam itu bisa mempengaruhi perasaan kita, jadi makin sayang, makin terikat, dadahal bisa aja sebenernya pria itu cuma mau sahabatan! Ato dy cuma butuh tempat curhat, sebenernya dy udah punya gebetan. Sedih ya. 

Itulah kenapa, klo punya rasa puas, hal tersebut akan menolong kita dalam Batasan Emosi kita. Jadi kita ga akan gampang terlena lalu gampang patah hati. 

Lalu gimana? 

Bawa fantasi-fantasi dan perasaan kita kepada Yesus. Serahkanlah segala keinginan dan harapan kita ke dalam tangan-Nya, supaya kita bisa jadi menjadi wanita yang puas. Jangan biarkan imajinasi kita jadi memperdaya diri kita sendiri dan berakibat pada ketidakpuasan. 

Menyambung cerita di atas, akhirnya setelah sadar bukan berarti sekarang gw jadi ga pengen punya pacar ye. Hihi. Tetep pengen donk, tapi gw “menginginkannya” dengan sikap hati yang benar dan itu berdampak banget sama kehidupan gw. Sekarang gw ga pernah merasa menderita dan “ada yang kurang” lagi dalam masa penantian ini. Gw ga buru-buru pengen cepet ketemu lagi, karena gw percaya semua indah pada waktu-Nya dan justru Tuhan Yesus pakai waktu single ini buat mempersiapkan gw. Gw udah puas punya Tuhan seperti Yesus Kristus. 


"Contentment is not the fulfillment of what you want, but the realization of how much you already have."

Come to Jesus. He has been teaching me a lot of things about being His precious daughter, and He will do the same to you, too, the precious princesses of Christ.


Monday, April 22, 2013

WANITA YANG MEMILIKI RASA AMAN

Memasuki Bab 7 dari buku Lady in Waiting, yang membahas tentang wanita yang memiliki rasa aman. Sekarang, wanita banyak yang mengejar-ngejar pria dengan segala cara. Begitu udah dapet, banyak yang dikuasai cemburu berlebihan takut pacarnya diambil orang. Kalo pacarnya nengok pas ada cewek cantik lewat, langsung was-was dan kebakaran jenggot. Kenapa kita cenderung mengalami kesulitan untuk tetap tenang dan nunggu pria berinisiatif buat ngembangin suatu hubungan? 

Jawabannya adalah: rasa tidak aman

Kalo kita merasa tidak aman, dunia kita akan berpusat pada sesuatu (pernikahan) atau seseorang (pria yang tepat) yang dapat hilang atau diambil. Yang harus kita tau adalah, kita ga akan dapet rasa aman dalam hubungan dengan pria, karena hanya Allah yang menyediakan rasa aman

Rasa tidak aman bikin kita jadi terlalu bergantung sama sebuah hubungan atau seseorang. Kita merasa ga yakin, ga bisa percaya, ga tenang, takut kehilangan, dan terancam liat dy sama wanita lain. Rasa tidak aman juga bikin kita ga realistis dan menuntut terlalu banyak, dan kalo dia mengecewakan kita, kita bakal sedih lama banget. Karena merasa ga aman, kita jadi ngerasa perlu diyakinin terus menerus tentang suatu hubungan, dan rela ngelakuin apa aja buat mempertahankan hubungan itu, kaya yang udah di bahas di Wanita yang Murni

Rasa tidak aman juga yang bikin kita para single ladies merasa kita butuh pria untuk bikin kita penuh dan lengkap, dan untuk mendapatkannya kita mengupayakan segala cara buat dapetin apa yang kita mau. Seolah Allah ga tau apa yang kita butuhkan! Kadang karena rasa tidak aman itu kita jadi meragukan Allah dan mikir kalo Allah ga tau apa yang kita mau. Kita lebih suka mengusahakan kisah cinta kita sendiri dan mencari-cari alih-alih membiarkan Allah yang mempertemukan dan mengatur semuanya. 

Pernah denger pepatah ini? “Jangan iri sama kisah cinta di film-film, karena kisah mereka ditulis oleh manusia, tapi kisah cinta kita ditulis oleh Tuhan.” Nah! Dimana pena kisah cinta sekarang? Udah diserahkan ke tangan Allah, atau malah kita rebut dan ngotot tulis sendiri? Percaya deh, kisah cinta Allah jauh lebih romantis dari yang bisa kita bayangin, secara Dia adalah kasih itu sendiri, Dia yang menciptakan cinta, dan Dia yang merancang hubungan pria-wanita dan juga pernikahan. Mana mungkin Allah kalah romantis sama penulis skenario? Hehe.


Kasih yang Aman 

Kita sebagai wanita memang akan lebih bergumul dengan rasa tidak aman karena kita diciptakan secara unik oleh Allah. Dari sejak kita kecil, kita punya kebutuhan untuk dikasihi dan dilindungi oleh ayah kita di dunia. Ayah di dunia yang kasih contoh Bapa di Surga yang mengayomi dan lemah lembut. Nah, sayangnya banyak wanita muda yang tumbuh tanpa ayah yang sesuai dengan rancangan Allah, jadi kaya “haus akan kasih sayang seorang pria” gitu. Akhirnya kita merasa ga aman dan terus mencari buat memenuhi kebutuhan dikasihi oleh pria itu. Gw pernah tulis di Why Chilldren Need Their Fathers

Manipulasi dan Manuver 

Karena rasa tidak aman, para wanita kadang suka melakukan manipulasi dan manuver untuk mendapat perhatian pria. Misalnya nih, tiba-tiba ‘kebetulan’ berada di tempat yang sama dan waktu yang sama dengan si pria. Padahal sebelumnya udah di-cek dulu tempat yang biasa didatengin si pria. Gw jadi inget suatu masa pas gw kuliah. Waktu itu sih tujuannya bukan buat ‘sengaja menarik perhatian’ tapi karena pengen banget ketemu dan itu satu-satunya cara buat ketemu. Jadi ada senior di kampus yang gw suka, tinggi, ganteng, lucu, haha. Cerita awalnya gw suka dia ada di Heart my Himsi

Nah, jadi gw sebutnya kan Naoki ya. Pas semester satu, gw ada pelajaran Office Automation Laboratory (OAL) alias pelajaran komputer gitu deh. Selesai kelas kan hari Selasa jam 1 siang di lantai 6 Kampus Anggrek, eh tiba-tiba dia lewat! Kaget donk gw, secara gw kira dy udah lulus dan ga pernah nongol lagi. Alhasil, selama satu semester setiap hari Selasa selesai kelas gw pasti nungguin dy lewat di koridor lantai 6, just to see him. Ga nyapa (karena ga yakin dy masih inget sama gw) cuma liatin dy lewat aja. Kebetulan temen gw ada yang demen juga sih jadi kita bareng-bareng sama yang lain juga huahaha.

Tapi mari tinggalkan cerita ini dan lanjut soal manipulasi dan manuver. Selain suka ‘tiba-tiba’ ada di tempat yang sama (supaya diperhatiin), kadang wanita juga suka melakukan hal-hal baik ke para pria. Tentu saja berbuat baik itu bagus, masalahnya, ini baiknya cuma ke pria aja, klo ke wanita enggak. Berarti kan, ada udang di balik tom yum. Kita memenuhi kebutuhan mereka kaya seorang ibu dan berharap “celemek bantuan” kita bisa dituker sama “cincin pertunangan”. Mungkin kalo temen cewek kita yang butuh bantuan kita pura-pura ga denger, tapi kalo temen cowok potensial bilang dy haus, kita akan “merangkak melewati pecahan kaca” buat ngasih dy minum. 

Ini bukan berarti ga boleh berbuat baik, tapi kita harus periksa motivasi kita. “Jangan melakukan sesuatu untuk saudara laki-laki yang tak akan kau lakukan untuk saudara perempuan.” Jadi kita bener-bener harus minta Allah mengungkapkan motivasi tidak murni dalam hati kita. “Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati.” –Amsal 16:2 

Kita bisa selametin diri dari banyak air mata dan sakit hati dengan memiliki motivasi yang murni. Oh ya, satu lagi. Manipulasi dan manuver itu berbahaya. Klo kita dapetin cowok itu dengan manipulasi, maka kita harus mempertahankannya dengan manipulasi juga. Pasti capek banget ya? 

Berhenti Berburu 

Biar Allah yang mendekap kita dengan rasa aman-Nya dan mari berhenti mengejar-ngejar pria, apalagi dengan manipulasi dan manuver. Percaya aja Allah pasti akan kasih yang terbaik di waktu yang tepat. Apalagi Allah lebih tau daripada kita. Kita cuma bisa liat pria dari luar dan sudut pandang sekarang, tapi Dy melihat pria dari sudut pandang kekekalan. Jadi cukup dengan percaya aja, pasti kita akan lihat kasih Allah. Letakkan rasa aman kita di dalam Kristus, biar Dia yang memimpin, melindungi, dan mengasihi kita. Hati dan emosi kita milik-Nya. 


Lalu, gimana sih cara mulainya? Untuk bangun rasa aman dalam hidup kita, habiskan waktu dalam Firman Allah. Amsal 1:33 berkata, yang mendengarkan Allah akan tinggal dengan aman. Dengan tinggal dalam firman-Nya, kita akan mengenal karakter Allah. Kita bisa tau janji-janji-Nya. Mazmur 16:11 berkata, “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan (menikah atau tidak); di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah (Allah, bukan pernikahan yang membawa sukacita); di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa (nikmatnya dikasihi Allah lebih dari pria manapun).” 

Jadi jangan izinkan rasa tidak aman bikin hidup kita jadi ga tenang, dan jadi sibuk bermanuver dan mengejar-ngejar pria, atau memanipulasi hubungan kita. Daripada berburu suami atau pacar, mending fokus jadi wanita yang berkenan di hati Allah

P.S. Kalo kita punya rasa aman, kelak pas udah punya pacar atau suami rasa aman itu akan tetap ada, dan kita ga akan jadi wanita yang cemburu buta dan selalu curiga.

Be a godly woman when we are single, so that 
we can be a godly wife when we are married, 
and to be a godly mother when we have children. 

Sunday, April 14, 2013

REWRAPPING THE GIFT

Menyambung post tentang Bab 6 dari buku Lady in Waiting, yang berjudul Wanita yang Murni. Disana kita udah belajar mengapa sebagai wanita kita harus menjaga kemurnian kita, betapa berharganya itu, apa saja konsekuensi dari seks di luar nikah, bagaimana cara menjaga kemurnian, juga batasan fisik dan emosi. Lalu sekarang, bagaimana kalo ternyata kita udah pernah melakukan itu? 

Pertama, kalo kita jadi merasa bersalah karena udah terlanjur melakukan itu, minta ampunlah pada Tuhan. Jangan membiarkan perasaan bersalah itu bikin kita ngerasa kotor, hina, dan ga layak sehingga kita bener-bener menjauh dari Tuhan. Parahnya lagi, kita melakukan dosa yang sama karena ngerasa udah kepalang basah jadi dinikmati aja. It’s a wrong choice


Meminta Pengampunan 

Kita harus tau bahwa kita semua emang kotor, hina, dan ga layak. Gw kotor, hina, dan ga layak dengan semua yang gw lakukan di masa lalu, gw pernah bohong, pernah menyakiti orang, pernah sirik, pernah benci sama orang, pernah kepaitan, pernah nonton bokep, pernah ga prioritasin Tuhan, pernah memuja sesuatu yang sebenernya ga berkenan buat Tuhan, pernah kurang ajar sama orang tua, pernah sombong, pernah meragukan Tuhan, pernah jadi batu sandungan, intinya pernah berdosa dengan pikiran, perkataan, perbuatan gw. Semua itu bikin gw kotor, hina, dan ga layak sedikitpun di hadapan Tuhan. 

Begitu juga semua manusia di dunia ini. Adakah 1 manusia aja di dunia ini yang ga pernah melakukan hal-hal di atas sama sekali? Yang ga pernah berdosa dengan pikiran, perkataan, dan perbuatan seumur hidupnya? Kayaknya sih ga ada ya, kecuali Tuhan Yesus. Minimal satu dua hal pasti pernah lah. Hehe. 

Tapi berita luar biasanya adalah bahwa kita dilayakkan sama Tuhan Yesus. Semua dosa dan kesalahan kita udah ditebus dan kita dikuduskan dengan darah-Nya, sehingga kita jadi bersih lagi di hadapan-Nya. Luar biasa banget ya? Apapun yang kita lakukan di masa lalu, Tuhan ampuni ketika kita benar-benar bertobat dan meninggalkan dosa. 

Jadi kalo kita ngerasa udah terlambat, udah berdosa, biarlah Yesus yang membersihkan kita yang kotor ini, melayakkan kita yang ga layak ini, mengangkat kita yang hina ini. Akuilah dosa kita dan minta ampunlah dengan tulus, dan jangan diulangi lagi. Kita emang udah berbuat kesalahan, pelajarilah pelajaran yang berharga itu, tetapi jangan terus memukuli diri dengan tuduhan. 

Yeremia 31:34 berkata “… sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka”. Tinggalkan dosa itu dan terima pembebasan dari belenggu dosa. Kita udah dibayar lunas dengan darah Yesus di kayu salib, jangan jadi tawanan dosa lagi. Terimalah kasih karunia Kristus untuk awal yang baru. 

Meninggalkan Dosa 

Sekarang setelah kita mengakui dosa dan terima pengampunan, jangan dipake sebagai suatu kesempatan untuk terus menerus di dalam dosa atau terbuka pada pencobaan loh. Godaan pasti banyak, tapi terus fokus, arahkan pandangan pada Yesus yang dengan darah-Nya udah membersihkan kita, akankah kita mengotorinya lagi? 

Biasanya kita udah bertekad ga mau, tapi ketika buka celah sedikit, kompromi sedikit, jadi terulang lagi. Berarti, kita ga cuma harus komitmen ga mengulangi dosa yang sama, tapi juga komitmen untuk ga berkompromi dengan hal-hal yang bisa mengarahkan kita ke dosa itu. 

Contoh: Dosa yang ditinggalkan adalah seks bebas.

Berarti bukan cuma harus menghindari berduaan sama cowok di ranjang, tapi juga semua aktifitas fisik yang bisa bikin kita turned on, berduaan di tempat sepi, semua bacaan yang menjurus, obrolan yang bikin kepikiran tentang itu, film-film dengan adegan panas, dan hal-hal lain yang kita rasa bisa jadi celah. 

Tingkat kesulitan ini bisa beda-beda buat tiap orang. Misalnya pengalaman kita jatuh dalam dosa ini adalah karena kebablasan saat pacaran, lalu sekarang putus dan kita nyesel. Saking nyeselnya sampe ga mau lagi deh mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Mungkin bisa lebih mudah untuk menghindarkan diri dari situasi-situasi yang mengarah kesitu. 

Sebaliknya, akan jadi lebih sulit untuk orang-orang yang emang jatuh ke dosa ini karena udah ngelakuin beberapa kali dan sangat menikmatinya. Lalu ketika mereka bikin keputusan untuk meninggalkannya, bakal lebih berat karena daging dan sebagian jiwa mereka “pengen lagi”. Seperti udah dijelasin sebelumnya di Wanita yang Murni, seks itu kaya candu. Dan ketika turned on, pikiran kita akan mencari-cari cara untuk kompromi. 

Oleh karena itu, kenapa kita bener-bener ga boleh kompromi kaya, “Ah gw ga bakal melakukan itu lagi dengan pria lain, tapi gw mo nonton bokep aja.” Itu artinya kita lagi menggali lubang dimana kita akan jatuh lagi. Dosa seksual itu paling susah diberantas, dari jaman dulu sampe sekarang, dosa seksual paling banyak menjerat anak-anak Tuhan. 

Dosa seksual alias perzinahan dan percabulan itu bukan sebatas berhubungan dengan orang yang salah di waktu yang salah lho. Tapi juga penyimpangan seksual dan solo seks (masturbasi atau onani), juga ketika kita berzinah dengan pikiran kita. Ga cuma pria, tapi wanita juga banyak yang bergumul dengan masalah ini. Jadi gw akan coba share di Burning the Snare ya, kalo kita adalah salah satu dari wanita tersebut, bisa dibaca. Hehe. 

Melepaskan Pengampunan 

Inget ga, Matius 6:15 berkata, “Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu”. Intinya, di balik dosa seksual itu kita pasti punya cerita sendiri. Misalnya dipaksa pacar kita sampe kita mau, dan akhirnya setelah terjadi, dia ninggalin kita dan kita jadi kepahitan sama dia. Berarti ada yang perlu kita bereskan. Emosi dan kebencian kita sama cowok itu harus kita bereskan sama Yesus. 

Atau mungkin pas melakukannya sih suka sama suka, tapi ternyata dia selingkuh di kemudian hari dan kita benci banget sama dia, semua yang kaya gitu harus diberesin sama Tuhan. Jangan simpen lagi dendam dan kepahitan itu, karena kita ga akan terbebas dari rasa sakit kalo kita masih terus simpen itu. Menyimpan kebencian itu kaya memegang bara. Kita mau lempar bara itu ke orang, tapi ketika kita genggam, tangan kita udah kebakar duluan. Forgive and let it go, accept God’s grace and freedom for you

Kalo kita emang udah kecepetan buka hadiah kita, terimalah pengampunan Allah dan tolak perasaan diri seperti barang yang rusak. Allah memiliki hal-hal yang baik tersimpan bagi kita. Kita, Wanita dalam Penantian, adalah harta. Tetap fokus sama Tuhan dan muliakan Dia dalam hidup kita ya. Tuhan memberkati. 

Suggested Reading: 


Gw suka banget judulnya, jadi pake di judul post ini juga. Hehe. 

P.S. Karena bagian ini dikit banget di buku Lady in Waiting, jadi gw pake kerangkanya tapi gw kembangin sendiri berdasarkan apa yang gw tau. Jangan kaget kalo tar baca bukunya ternyata ga sepanjang post gw. Haha. Di Bab 6 ini bukannya ngerangkum tapi malah ngembangin isinya sampe jadi 8 post terpisah. Keasikan riset dan cari informasi lalu ngerasa banyak banget yang penting dan perlu di-share. Haha. 

Gw juga jadi nulis tentang Burning the Snare walopun di buku itu ga di bahas, karena menurut gw jadi Wanita yang Murni bukan cuma soal ga berhubungan seks secara fisik, tapi juga termasuk menjaga kemurnian pikiran kita dari hal-hal yang ga kudus. Buat post yang ini acuannya adalah buku Joshua Harris yang judulnya Sex is not the problem, Lust is.

BURNING THE SNARE

Sebenernya judul pertama yang terpikirkan di kepala gw buat tulisan kali ini adalah Leaving the Snare. Kecanduan seks dan pornografi itu seperti jerat. Dia bakal terus menjerat kita sehingga kita ketarik lagi, keseret lagi. Tapi gw mikir, klo judulnya Leaving, well, menurut gw percuma meninggalkan jerat, dia akan mengejar kita dan menjerat kita lagi. Dan lagi. Kita tinggalkan, dan dijerat lagi. Jadi gw ga pake itu. Nah, akan gw jelaskan di akhir kenapa akhirnya gw memilih judul yang gw pake sekarang. #sokmisterius 

Kita kenal bermacam-macam dosa. Membunuh dosa. Mencuri dosa. Berbohong dosa. Kecanduan pornografi dan masturbasi dosa ga? Banyak yang bilang, itu wajar dan normal loh. Kan Tuhan yang menciptakan seks. Tuhan yang menciptakan hormon di tubuh kita. We don’t hurt anyone, jadi kenapa dosa? 

Yang kita perlu tau, pornografi adalah percabulan. Percabulan bikin kita ga kudus. Dia menguasai pikiran kita dengan hal-hal cabul yang ga berkenan di hadapan Tuhan. Berdosa di pikiran, lalu akhirnya berdosa dengan tubuh kita, padahal tubuh kita adalah bait Allah.

1 Korintus 6:18 berkata, "Jauhkanlah dirimu dari percabulan. Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri."

Jadi, yang awalnya dari pikiran, akhirnya mengarahkan kita untuk berbuat lebih jauh, kaya mencari cara untuk memuaskan nafsu kita. Dosa tersebut menjijikan bagi Tuhan, dan kadang bikin kita jijik juga sama diri kita sendiri. Akhirnya kita jadi menarik diri dari hadapan Tuhan dan terjerat semakin dalam.

Kabar lebih buruknya lagi, banyak wanita yang bergumul dengan persoalan ini, sendirian. Karena selama ini yang dikaitkan erat dengan dosa seksual adalah laki-laki. Para wanita jadi ngerasa mereka sendiri doank yang aneh, mereka sendiri doank yang ga normal. Setiap wanita mikir kaya gitu di dalem hatinya, dan karena perasaan itu mereka ga pernah berbagi ke siapapun. Akhirnya sampe selamanya masing-masing akan tetep mikir kaya gitu. Padahal banyak wanita yang bergumul dengan masalah ini juga. 

Lalu bagaimana cara meninggalkan dosa ini? 

Step-nya sama, kaya di Rewrapping the Gift

Tapi lebih detail.

First, tell someone we trust.

Setelah ngaku dosa sama Tuhan, ceritakan pada mentor rohani, mama rohani, atau siapapun yang kita percaya yang takut akan Tuhan. Mereka akan bantu doa buat kita, bantu support dan jagain kita. Mengaku dosa itu melucuti senjata iblis. Dengan mengaku dosa kita jadi tau bahwa masalah ini bukan cuma kita yang alamin. Kita ga akan dibohongin lagi sama iblis kalo kita adalah satu-satunya wanita ga bermoral yang ga bisa mengontrol nafsu. 

Second, don't compromise.

Seperti udah gw sebut disana, dosa seksual itu kaya jerat, kita sama sekali ga boleh kompromi

Kalo kita bergumul dengan dosa seksual, termasuk pikiran yang melayang kemana-mana membayangkan sesuatu yang bikin kita ga kudus, dan masturbasi, kita perlu bikin batasan-batasan untuk menghindari kompromi. 

Kenali dulu di mana kelemahan kita, misalnya paling sering tergoda waktu lagi baru bangun tidur

Then make sure sebelum tidur doa minta Tuhan tutup bungkus dan baca firman yang menguatkan, bisa soal kekudusan, kedagingan, dsb. Hafalin dan resapi ayatnya. 

Besok paginya pas bangun ucapkan lagi firman itu. Jangan berlama-lama di tempat tidur, cepet mandi, ato doa dulu, (tergantung kebiasaan yang mana yang duluan) lalu mulai aktifitas. 

Kalo biasanya tergodanya sebelum tidur, hindari berbaring di kamar sendirian dan ga melakukan apa-apa. Itu bisa jadi celah buat pikiran kita diserang. Baca Alkitab, baca buku-buku rohani, nonton film rohani kaya Courageous, Fireproof, Facing your Giants (bagus-bagus loh haha #promosi), ngobrol sama ortu, jangan lupa doa. Lalu tidur.

Pikirkan tentang "menyenangkan Tuhan" atau "menjaga kekudusan" daripada "ga mau kalah sama nafsu" atau "ga mau cabul dan berzinah". GA MAU = bikin kita jadi berpikir tentang itu. Karena mikir ga mau masturbasi, kita jadi kepikiran terus. Akhirnya disitu iblis akan ambil alih dan bohongin kita.

"Kenapa ga mau? Itu ga dosa kok."
"Kenapa ditahan? Ga ada yang tau kok."
"Udah gpp, nanti minta ampun."

Sama kaya kalo gw bilang, "Jangan pikirin monyet." pasti di otak langsung kepikiran monyet. Jadi kita fokusnya harus sama firman Tuhan, bukan sama dosa yang TIDAK INGIN kita lakukan. Inget, daging lemah, roh penurut.

Third, we will win only by grace.

Cuma kasih karunia Tuhan yang bisa bikin kita lepas. Fokus sama pengorbanan Yesus di kayu salib, dan karena kita begitu mengasihi Dia, dan karena kita takut menyakiti Dia, maka kita meninggalkan dosa ini. Bukan cuma karena kita takut dosa dan masuk neraka.

Stop mengandalkan kekuatan kita sendiri. Seberapapun kita berusaha kalau kita ga menerima kasih karunia Kristus dan melawan pake firman-Nya, kita ga akan pernah menang. 

Justru setelah kita terima kasih karunia dan mengandalkan Tuhan sepenuhnya untuk ambil alih area ini, kita berserah dan memilih untuk menyenangkan Tuhan. Barulah kita bisa sukses melakukan langkah-langkah di atas. 

Jadi perbedaannya, kalau kita berusaha melawan tanpa Tuhan, segala cara kaya berolahraga sampe capek, hang out sampe capek baru pulang supaya langsung tidur, itu semua jadinya legalisme dan biasanya berujung pada kegagalan.

Tapi ketika kita sadar bahwa hanya karena kasih karunia kita baru bisa berhasil, dan cuma dengan pertolongan Tuhan, kita bisa liat ketika Tuhan melakukan bagian-Nya dan kita melakukan bagian kita. Apa bagian kita? Punya sikap hati yang benar, ga mau kompromi, selalu isi pikiran dengan firman sehingga ga da celah buat pikiran kotor bisa masuk. 

Suggested reading:

Nah, akhir kata, kenapa akhirnya gw pake judul Burning the Snare? Soalnya setelah Leaving the Snare, gw mikir mo pake Killing the Snare. Tapi tau ga sih, apa yang ada di bayangan gw? Si jerat itu di imajinasi gw kaya tumbuhan yang di film-film petualangan gt loh. Yang bisa merambat cepat terus narik kita dari belakang haha. 

Terus klo pake killing, gw ngebayangin udah potong jeratnya, tapi dia bisa numbuh lagi dari dalem. Bayangan gw ini persis banget sama apa yang dialamin anak-anak Tuhan dalam melawan dosa seksual. Mereka udah coba tinggalkan, tapi mereka ketarik lagi. Mereka udah coba potong jeratnya, tapi jerat itu tumbuh lagi dan narik mereka lagi. Hal ini menggambarkan bahwa emang sangat sangat sangat sangat sangat susah melawan dosa seksual. 

Tapi akhirnya, ketika kita menerima kasih karunia Tuhan dan meminta Dia yang menolong kita melawan ini, kita bisa menang. Kita bisa potong jerat itu pake pedang Firman, dan bakar pake api Roh Kudus. Bakar sampe abis. Bakar sampe sisa debu doank. Be free. Jesus set the captives free. Jangan mau diperbudak terus sama hawa nafsu. Kita bukan budak nafsu. Kita udah ditebus, harga kita lunas dibayar, kita ini hamba yang merdeka. Dan terus bakar diri kita menyala-nyala dengan api Roh Kudus. Jadi kalo nanti ada jerat lain yang dateng menghampiri kita lagi, dia ga bisa sentuh kita, karena kita kan berapi-api, bo! Yuk, berjuang bersama jadi Wanita yang Murni.


"Kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak ada seorangpun akan melihat Tuhan."
Ibrani 12:14

Saturday, January 26, 2013

WANITA YANG MURNI

Halo! Sekarang kita mo belajar bagaimana menjadi wanita yang murni, dari Bab 6 buku Lady in Waiting. Di Bab 5, masih inget kan pelajaran tentang wanita yang penuh pengabdian? Gimana petualangan baca surat cinta dari Bapa terkasih kita? Dalam surat cinta itu, pasti kita menemukan kalo salah satu kehendak Tuhan buat para putri kesayangannya adalah menjaga kekudusan. Kenapa sih kita harus melakukan itu? Apa pentingnya sih menjadi wanita yang murni?

Pada saat kita sedang menjalin hubungan, pasti banyak cara yang kita gunakan untuk mengekspresikan perasaan kita. Apalagi waktu lagi dimabuk cinta, rasanya ga ada salahnya saling menyayangi dan saling menyentuh. Kan itu ekspresi kasih? Toh, ga sampe ML. Kita pasti bisa ngontrol supaya ga sampe situ lah. Kita juga rencananya mau save sex until marriage. Benarkah demikian?


Disini ada satu kisah nyata tentang pasangan muda-mudi Kristen yang aktif di gereja. Mereka tentu menjaga batasan hubungan mereka. Tapi lama kelamaan, si cowok kaya menjauh sedikit. Si cewek merasa takut kehilangan, dia mikir, “Mungkin gw terlalu kuno dengan batasan-batasan gw. Kayanya klo ciuman gpp lah, kan ga sampe ML.” Akhirnya dia berkompromi sedikit. Pelukan, ciuman, mulai loyal diberikan. Tapi ketika si cewek merasa agak jauh lagi, dia takut kehilangan lagi. Dia kompromi lagi, mereka mulai terlibat aktifitas fisik yang lebih jauh. Sampai suatu hari, dia kasih keperawanannya ke cowok itu. Setelah itu, cowok itu jadi dingin, dan akhirnya bener-bener menjauh. Si cewek bener-bener nyesel dan pengen ambil lagi “hadiah” yang udah dia kasih, tapi ga bisa. Hadiah itu bisa dibungkus ulang dan diberikan lagi, tapi bukan untuk pertama kali.

Kisah ini ga cuma terjadi sama cewek di atas tadi. Ada banyak sekali wanita muda di luar sana yang ingin melakukan apa yang benar, tapi akhirnya malah menyerahkan hadiah kemurnian fisik mereka sebelum waktunya, pada orang yang salah pula. Seks adalah sesuatu yang indah yang diciptakan Allah, untuk dilakukan dengan orang yang tepat (yaitu suami kita) dan pada waktu yang tepat (setelah diberkati dalam pernikahan kudus). Itu bukan sesuatu yang harus dihindari, tapi ditunggu. Seks seharusnya adalah sesuatu yang indah dan berkenan bagi Tuhan, tetapi menjadi dosa yang menjijikan bagi Tuhan ketika kita melanggarnya.

Gimana kalo kita taat? Coba tanya sama para wanita yang menunggu. Mereka pasti akan cerita dengan mata berbinar-binar bahwa hal itu layak ditunggu. Semuanya setimpal dengan apa yang mereka dapatkan. Keintiman pernikahan mereka terjaga, dan romantismenya menyala-nyala (contoh nyata di depan mata gw, Mam Anik sama Om Heri). Intinya, ga akan rugi deh kalo nunggu sampe pernikahan. Worth the wait! Coba bayangin pada saat kita bertemu dengan pria idaman dan akhirnya menikah, saat pemberkatan kudus di hadapan Tuhan, kita dan suami kita bisa memandang Tuhan tanpa rasa bersalah, yang ada malah rasa syukur karena udah menjaga kemurnian dan menghormati Tuhan. Pasti rasanya syahdu banget deh.

Sayangnya, seperti Hawa yang ditipu iblis, banyak di antara para wanita yang juga berpikir kalau Allah hanya ingin merusak kesenangan kita dengan melarang seks bebas. Padahal Dia minta kita menunggu bukan karena ingin merampas kesenangan kita, tapi justru Dia ingin melindungi kita dari 4 konsekuensi yaitu fisik, emosi, relasi, dan rohani. (Klik link untuk penjelasan lebih lanjut).

Menjaga Kemurnian

Lalu, setelah tau konsekuensi-konsekuensi tersebut, bagaimana cara kita menjaga kemurnian? Baca di Purity: How to Guard Ourselves?

Lalu gimana kalo udah terlambat? Nanti gw akan tulis tentang Rewrapping the Gift ya. Sengaja dipisahin soalnya kalo dijadiin satu post bakal kepanjangan, dan ada banyak tambahan penting disana.

Next: Wanita yang Memiliki Rasa Aman

PURITY: HOW TO GUARD OURSELVES?


Post ini adalah lanjutan dari Bab 6 buku Lady in Waiting: Wanita yang Murni

Bagaimana cara menjaga kemurnian dalam menjalin hubungan?

1. Jangan terlalu mudah menyerahkan hatimu

Biasanya nih, cowok gampang banget bilang I love you. Lalu biasanya juga, cewek gampang banget luluh sama kata-kata itu. Hahaha. Rasanya klo udah denger itu, berasa disayang banget dan jadi rela melakukan apa aja. Nah girls, kita harus punya kunci buat hati kita nih. Karena klo gampang kita kasih ke orang dan oleh orang itu dipatahin, dan berulang begitu terus, mo berapa kali hati kita patah dan hancur? Nanti babak belur penyok-penyok donk? Ini bukan berarti setiap kita menjalin hubungan jadi kaya robot, ga berperasaan dan mati rasa loh ya. Tapi kita bener-bener ga membiarkan nafsu dan fantasi kita menjadi liar ga terkendali.


Jadi kita kan punya kunci tuh, berikan kunci itu sama Tuhan Yesus. Soalnya kan Dia adalah satu-satunya Pribadi yang bakal jagain hati kita sebaik-baiknya deh. Mana mungkin Bapa di Surga ngebiarin hati Putri-Nya dipatahin sembarangan? Kalo kita membiarkan Dia yang pegang kunci dan jaga hati kita, udah pasti aman donk? Ada satu quote yang bagus banget deh. 

“A woman’s heart should be so hidden in Christ that a man should seek Him just to find her.” ―Maya Angelou

Jadi pria yang emang menginginkan hati kita pertama harus minta kunci itu sama Yesus. Dan emang ini berlaku dengan ayah kandung kita juga. Ayah kita kan memegang otoritas di dunia, makanya klo seorang pria mau menikahi wanita dia meminta tangannya dari ayah si wanita itu kan. Lalu baca God's Message to all Girls deh. Bagus banget, intinya pada saat pangeran itu datang, dia harus meminta kita dari sang Raja. 

Gimana caranya menyerahkan kunci itu ke Yesus? Libatkan dia dalam segala aspek kehidupan, termasuk cerita cintamu. Sebagai penulis kisah cinta paling romantis, rancangan Allah jauh lebih baik daripada penulis skenario film Hollywood atau drama Korea. Haha. Jadi misalnya kita lagi deket sama cowok, doakan. Jangan membiarkan perasaan kita berlarut-larut dan mikir, “ya udah jalanin dulu aja”. Duh, nanti kalo udah terlanjur cinta dan kebawa perasaan, jadi makin susah dan ga peka loh buat tau apa yang Tuhan mau. Fokuslah pada persahabatan, jangan pada api cinta yang menggelora. Itu ada waktunya nanti, tapi dalam masa pengenalan, fokusnya jangan sampai salah. Sebelum pergi bareng, berdoalah. Pulang pun, berdoalah. Intinya benar-benar biarin Tuhan jaga hati kita sebelum kita kasih “perasaan tulus sepenuh hati” yang bisa jadi ke orang yang ga tepat.

Kita juga perlu menetapkan standar-standar buat jadi acuan kita, misalnya akan menjalin hubungan lebih lanjut hanya dengan pengikut Kristus yang bertumbuh. Ini penting loh girls, secara tujuan kita pacaran kan harapannya berujung di pernikahan. 

2. Simpan ciumanmu untuk suami masa depanmu

Emang terdengar radikal sih, tapi coba kita simak dulu. Pertama, ciuman bibir bukan untuk sembarangan diberikan pada banyak pria. Ciuman itu sesuatu yang spesial. Ciuman juga bukan cara nunjukkin terima kasih. Ada penelitian yang melaporkan bahwa 90% orang dapat mengingat pengalaman ciuman pertamanya, jadi emang dampaknya sangat besar. Bibir adalah bagian tubuh kita yang sangat sensitif, dengan reaksi terhadap panas, dingin, lembut, kasar, dsb. Reaksi syaraf ini juga mengaktifkan perasaan dekat dan keterikatan karena merangsang chemical di otak yang bernama oxytocin.

Oxytocin ini adalah chemical yang biasa disebut cuddling hormone. Ini adalah chemical yang bersifat mengikat yang menciptakan perasaan peduli. Tuhan menciptakan hormon ini sebagai lem perekat manusia. Contohnya, hormon ini ada ketika seorang ibu menyusui bayinya sehingga terciptalah ikatan yang berarti, “Kita akan selalu bersama, kita tidak terpisahkan.” Waktu lain ketika hormon ini bekerja adalah ketika terjadi kontak fisik yang intim.


Nah, apalagi kita para cewek. Kita ga bisa ciuman tanpa ikatan emosional. Sayangnya, jaman sekarang film-film Hollywood mempresentasikan ciuman sebagai sesuatu yang murah. Diberikan di hari pertama kencan, bahkan sebelum pacaran. Lalu kalo udah punya pacar tetep gampang ciuman sama orang lain. Tapi karena kita orang Indonesia, mungkin keadaannya belom sampe kaya gitu ya, A BIG NO NO, jangan dilakukan. Hehe. Sekarang kita bahas yang ada di budaya kita aja. 

Kita ga lagi bahas ciuman sebelum menikah itu dosa atau enggak. Tapi kita lagi bahas apa yang kita lakukan, apakah menyenangkan Tuhan atau enggak? Pertama, kalo kita pacaran dan dengan ciuman dan aktifitas fisik kita jadi melanggar firman Tuhan, otomatis ga menyenangkan Tuhan, dan pastinya jadi lebih susah move on. Yang ga aktifitas fisik aja udah susah ya move on-nya, apalagi yang pake kissing, hugging, and touching. Ya kan? Selain Allah yang berusaha melindungi hati kita, pilihan-pilihan kita juga dapat melindungi diri kita.

Lebih jauh lagi, ciuman merangsang tubuh untuk melakukan lebih. Ibaratnya kado yang dibahas di atas, ciuman ini artinya kita udah bermain-main dengan pitanya. Sekali ketarik, terbukalah bungkusannya. Lebih susah buat bilang NO ketika nafsu lagi membara, kan? Baca lebih lengkap di Save Your Kiss. Lalu gimana donk? Masa pacaran ga boleh cium-ciuman? Baca lebih lanjut tentang batasan fisik di bawah ini ya. 

3. Buat batasan-batasan, terlebih bagi yang sedang menjalin hubungan

Pertama, Batasan Fisik (klik link)

Kedua, Batasan Emosi (klik link)

Lalu pesan yang paling penting adalah: Jangan menyusun standar ini “sambil jalan”. Emosi bisa sangat menipu. Kita harus membuat pilihan-pilihan bijaksana sebelum “debaran” dan “detakan jantung” menjadi begitu keras sehingga kita tidak dapat mendengar diri kita sendiri berpikir. Tuliskanlah standar itu dan seringlah membacanya. Berjanjilah di hadapan Allah secara rutin dalam doa. 

Berjaga-jagalah waktu denger kata-kata manis kaya:

“Kalo sayang sama aku…”
“Aku ga pernah ngerasain ini sebelumnya…”
“Coba satu kali aja…”
“Toh kita pasti akhirnya nikah juga…”
“Kalo ga latihan sekarang nanti pas nikah ga siap…”
“Orang lain juga ngelakuin ini…” 

Oleh karena itu, saran gw supaya ga terjebak dengan situasi menggoda seperti ini adalah, bersahabatlah dalam komunitas. Kalo jalan, jangan berduaan tapi rame-rame sama temen-temen. Dengan keluar bareng, jadi bisa keliatan karakternya, gimana cara dia memperlakukan orang. Kalo lagi berduaan mah, udah pasti semua yang ditunjukkin yang baik-baik. Beraktifitas dalam kelompok juga menjaga kemurnian, tetapi tidak membatasi komunikasi dan persahabatan. 

Lah, kalo keluarnya bareng-bareng terus kapan bisa ngobrol berdua dan mengenal lebih dalam? Nah, kalo udah sering keluar rame-rame dan udah keliatan karakternya, lalu ngerasa perlu waktu berduaan, pilihlah pas masih ada matahari dan di tempat umum. Kaya di taman, tapi di tempat terbuka bukan di balik semak-semak ya haha. 

Kalo si cowok lebih milih berduaan di mobil malem-malem buat aktifitas fisik, atau ngajak ke tempat sepi dan melontarkan kata-kata di atas, periksa ulang deh. Pria yang saleh ga akan menekan wanita secara verbal, melainkan mengasihi si wanita dengan mengantarnya pulang sebelum mereka harus menyesal karena melanggar kemurnian mereka. 


Joshua Harris memilih untuk ga berbaring di samping Shannon, walaupun itu siang bolong, karena Josh takut pikirannya nanti malah ga menghormati Shannon. Josh ga mau mendukakan Tuhan. Mereka udah bertunangan, tapi tetep aja, mereka belom nikah. Dia menyayangi Shannon dan karena itu dia bangkit dan pindah. 

Lalu gw ada baca cerita lain lagi di SINI, ketika si cewek akhirnya ngerasa bertemu dengan cowok yang klik sama dia. Pada suatu malem, abis keluar yang kedua kali si cewek udah mulai ngerasa ga enak. Gimana kalo nanti cowok ini mo cium dia? Padahal si cewek ini udah bertekad mau save kiss for wedding day. Lalu bener, ketika cowok itu mulai mencondongkan tubuh, dia dengan cepat berkata, “Gw cuma mau ciuman sama orang yang jadi suami gw.” Si cowok sampe kaget dan tanya, “Apa?” Haha. Tapi akhirnya cowok itu menghormati keputusan si cewek untuk menghargai dirinya sendiri. Lalu akhirnya mereka berujung ke pernikahan dan they have their first kiss on their wedding day. 

Jelas kan girls? Kalo cowok itu benar-benar mengasihimu, bukan “bernafsu padamu”, dia ga akan memintamu melanggar kemurnianmu. Ingatlah, ketika kita memilih suami, kita bukan cuma milih pasangan hidup buat diri kita, tapi juga ayah buat anak-anak kita. Be wise.

Lalu gimana kalo udah terlambat? Nanti akan ditulis judulnya Rewrapping the Gift. Sengaja dipisahin soalnya kalo dijadiin satu post bakal kepanjangan, dan ada banyak tambahan penting disana.

How do we want our air? Pure. How do we want our water? Pure. How do we want sex on our wedding night? Pure. —Molly Kelly