Saturday, January 26, 2013

WANITA YANG MURNI

Halo! Sekarang kita mo belajar bagaimana menjadi wanita yang murni, dari Bab 6 buku Lady in Waiting. Di Bab 5, masih inget kan pelajaran tentang wanita yang penuh pengabdian? Gimana petualangan baca surat cinta dari Bapa terkasih kita? Dalam surat cinta itu, pasti kita menemukan kalo salah satu kehendak Tuhan buat para putri kesayangannya adalah menjaga kekudusan. Kenapa sih kita harus melakukan itu? Apa pentingnya sih menjadi wanita yang murni?

Pada saat kita sedang menjalin hubungan, pasti banyak cara yang kita gunakan untuk mengekspresikan perasaan kita. Apalagi waktu lagi dimabuk cinta, rasanya ga ada salahnya saling menyayangi dan saling menyentuh. Kan itu ekspresi kasih? Toh, ga sampe ML. Kita pasti bisa ngontrol supaya ga sampe situ lah. Kita juga rencananya mau save sex until marriage. Benarkah demikian?


Disini ada satu kisah nyata tentang pasangan muda-mudi Kristen yang aktif di gereja. Mereka tentu menjaga batasan hubungan mereka. Tapi lama kelamaan, si cowok kaya menjauh sedikit. Si cewek merasa takut kehilangan, dia mikir, “Mungkin gw terlalu kuno dengan batasan-batasan gw. Kayanya klo ciuman gpp lah, kan ga sampe ML.” Akhirnya dia berkompromi sedikit. Pelukan, ciuman, mulai loyal diberikan. Tapi ketika si cewek merasa agak jauh lagi, dia takut kehilangan lagi. Dia kompromi lagi, mereka mulai terlibat aktifitas fisik yang lebih jauh. Sampai suatu hari, dia kasih keperawanannya ke cowok itu. Setelah itu, cowok itu jadi dingin, dan akhirnya bener-bener menjauh. Si cewek bener-bener nyesel dan pengen ambil lagi “hadiah” yang udah dia kasih, tapi ga bisa. Hadiah itu bisa dibungkus ulang dan diberikan lagi, tapi bukan untuk pertama kali.

Kisah ini ga cuma terjadi sama cewek di atas tadi. Ada banyak sekali wanita muda di luar sana yang ingin melakukan apa yang benar, tapi akhirnya malah menyerahkan hadiah kemurnian fisik mereka sebelum waktunya, pada orang yang salah pula. Seks adalah sesuatu yang indah yang diciptakan Allah, untuk dilakukan dengan orang yang tepat (yaitu suami kita) dan pada waktu yang tepat (setelah diberkati dalam pernikahan kudus). Itu bukan sesuatu yang harus dihindari, tapi ditunggu. Seks seharusnya adalah sesuatu yang indah dan berkenan bagi Tuhan, tetapi menjadi dosa yang menjijikan bagi Tuhan ketika kita melanggarnya.

Gimana kalo kita taat? Coba tanya sama para wanita yang menunggu. Mereka pasti akan cerita dengan mata berbinar-binar bahwa hal itu layak ditunggu. Semuanya setimpal dengan apa yang mereka dapatkan. Keintiman pernikahan mereka terjaga, dan romantismenya menyala-nyala (contoh nyata di depan mata gw, Mam Anik sama Om Heri). Intinya, ga akan rugi deh kalo nunggu sampe pernikahan. Worth the wait! Coba bayangin pada saat kita bertemu dengan pria idaman dan akhirnya menikah, saat pemberkatan kudus di hadapan Tuhan, kita dan suami kita bisa memandang Tuhan tanpa rasa bersalah, yang ada malah rasa syukur karena udah menjaga kemurnian dan menghormati Tuhan. Pasti rasanya syahdu banget deh.

Sayangnya, seperti Hawa yang ditipu iblis, banyak di antara para wanita yang juga berpikir kalau Allah hanya ingin merusak kesenangan kita dengan melarang seks bebas. Padahal Dia minta kita menunggu bukan karena ingin merampas kesenangan kita, tapi justru Dia ingin melindungi kita dari 4 konsekuensi yaitu fisik, emosi, relasi, dan rohani. (Klik link untuk penjelasan lebih lanjut).

Menjaga Kemurnian

Lalu, setelah tau konsekuensi-konsekuensi tersebut, bagaimana cara kita menjaga kemurnian? Baca di Purity: How to Guard Ourselves?

Lalu gimana kalo udah terlambat? Nanti gw akan tulis tentang Rewrapping the Gift ya. Sengaja dipisahin soalnya kalo dijadiin satu post bakal kepanjangan, dan ada banyak tambahan penting disana.

Next: Wanita yang Memiliki Rasa Aman

No comments:

Post a Comment