Jadi Wanita yang Penuh Rasa Aman, erat kaitannya dengan jadi wanita yang puas (content).
Contentment means embracing a sense of satisfaction and sufficiency.
Mari kita bayangkan ilustrasi berikut ini. Kita abis ikut satu acara, misalnya retreat. Lalu disana kita kenal sama seorang pria yang berpotensi. Eh, tak disangka pria itu nelpon buat ngobrol! Kira-kira reaksi kita gimana ya? Apa kita bakal tetep tenang dan menyerahkan harapan-harapan kita pada Tuhan, atau… kita bakal langsung heboh, mikirin tanggal pernikahan dan merancang gaun pengantin di pikiran kita? Haha.
Sebagai wanita dalam penantian, pasti rasanya emang deg deg ser banget pas itu terjadi. Lalu gimana biar kita bisa tetap tenang dalam Tuhan, sabar dan ga tergesa-gesa, ga langsung ngambil kesimpulan yang belum tentu bener, guna menghindari another broken heart? Jadilah wanita yang puas.
Dalam Bab 8 buku Lady in Waiting ini, kita akan mempelajari tentang bagaimana menjadi Wanita yang Puas lebih lanjut. Ketidakpuasan awalnya bermula dari keinginan-keinginan hati kita.
Siksaan Keinginan
Definisi penderitaan adalah memiliki apa yang tidak kita inginkan (dalam hal ini jomblo) dan tidak memiliki apa yang kita inginkan (dalam hal ini pasangan). Gw sendiri, waktu belom tau kebenaran ini, merasa sangat amat pengen banget punya pacar. Bisa berbagi cerita, bisa diperhatiin, bisa manja-manjaan, bisa sayang-sayangan, dll deh. Rasanya hidup tuh belom lengkap klo ga punya pacar. Akhirnya siksaan keinginan itu bikin gw jadi merasa menderita karena tak kunjung bertemu dengan si pujaan hati. Bahkan masa penantian pun jadi lebih menyiksa waktu perasaan udah ga bisa dikontrol dan keep asking God, “Apakah dia Tuhan? Dia-kah orangnya? I want him. Dia aja ya, Tuhan.”
Hayo, siapa yang ky gw dulu, suka maksa Tuhan maunya sama di doi? Hahaha. #pastibanyak #tosdulu
Siksaan keinginan emang terjadi pada semua orang, tapi bukan cuma para jomblo aja loh. Wanita yang udah menikah pun bisa aja dilanda siksaan keinginan karena pernikahannya ga seperti yang dy bayangkan, atau suaminya ga seperti yang dy harapkan. Banyak wanita yang setelah menikah berharap bisa single lagi, bisa bebas, ga harus ngurusin suami dan anak-anak tiap hari, bisa pilih ulang pasangannya, dll dst. Kenapa bisa terjadi hal kaya gitu? Karena kita berkubang dalam lumpur ketidakpuasan.
Memang bener setelah nikah, seorang suami memuaskan keinginan kita pas jomblo. Tapi setelah itu, akan muncul keinginan-keinginan lain dalam hubungan pernikahan yang ga bisa terpuaskan dan harus kita jalanin seumur hidup. Kenyataan ini membuat kita mempelajari satu kebenaran yang penting, yaitu:
“If we are not content when we are single, then we won’t be content when we are married.”
Kalo kita udah puas saat kita single, dengan jadi wanita dalam penantian yang berkenan di hati Tuhan, pake waktu single kita sebaik-baiknya, belajar firman Tuhan dan tau kebenaran, berusaha terus mengembangkan karakter kita supaya jadi seperti Kristus, mengerti klo pernikahan bukan cuma soal mencari orang yang tepat tapi juga menjadi pribadi yang tepat, persiapin diri kita buat calon suami kita, nanti saat kita menikah kita pasti bisa puas, karena kita tau kepuasan itu sumbernya dari Tuhan, bukan dari suami kita. Kepuasan itu dari hati kita, bukan dari keadaan di sekeliling kita.
Dan yang paling penting: Kita puas udah menjalankan masa single kita sebaik-baiknya, sehingga ga ada lagi penyesalan.
Terjebak Dalam Fantasi
Kenapa sih dari awal gw menekankan kalo menjadi wanita yang puas itu penting banget? Salah satu alasannya adalah supaya kita ga hancur secara emosional. Ketika ada pria yang deket sama kita, dan dy masuk kriteria kita, biasanya kita sebagai wanita akan mulai berimajinasi. Mikirin kalo ternyata dy adalah Mr. Right, mikirin kalo nanti dy nembak, mikirin kalo nanti dy ngelamar, dan akhirnya bersanding di pelaminan. Imajinasi semacam itu bisa mempengaruhi perasaan kita, jadi makin sayang, makin terikat, dadahal bisa aja sebenernya pria itu cuma mau sahabatan! Ato dy cuma butuh tempat curhat, sebenernya dy udah punya gebetan. Sedih ya.
Itulah kenapa, klo punya rasa puas, hal tersebut akan menolong kita dalam Batasan Emosi kita. Jadi kita ga akan gampang terlena lalu gampang patah hati.
Lalu gimana?
Bawa fantasi-fantasi dan perasaan kita kepada Yesus. Serahkanlah segala keinginan dan harapan kita ke dalam tangan-Nya, supaya kita bisa jadi menjadi wanita yang puas. Jangan biarkan imajinasi kita jadi memperdaya diri kita sendiri dan berakibat pada ketidakpuasan.
Menyambung cerita di atas, akhirnya setelah sadar bukan berarti sekarang gw jadi ga pengen punya pacar ye. Hihi. Tetep pengen donk, tapi gw “menginginkannya” dengan sikap hati yang benar dan itu berdampak banget sama kehidupan gw. Sekarang gw ga pernah merasa menderita dan “ada yang kurang” lagi dalam masa penantian ini. Gw ga buru-buru pengen cepet ketemu lagi, karena gw percaya semua indah pada waktu-Nya dan justru Tuhan Yesus pakai waktu single ini buat mempersiapkan gw. Gw udah puas punya Tuhan seperti Yesus Kristus.
"Contentment is not the fulfillment of what you want, but the realization of how much you already have."
Come to Jesus. He has been teaching me a lot of things about being His precious daughter, and He will do the same to you, too, the precious princesses of Christ.
No comments:
Post a Comment