Lagi-lagi, setting kita di pesta pernikahan. Misalnya nih, ketika menghadiri pesta, biasanya ada di antara tamu undangan yang akan menanyakan kapan giliran kita, kenapa kita masih jomblo aja. Pertanyaan-pertanyaan itu mungkin dapat mengusik kita yang lagi fokus dengan pengabdian pada Yesus. Kita jadi dianggep kaya orang yang ga mencapai standar tertentu. Padahal kalo Yesus yang jadi tamu di pesta itu, pasti kita dipuji deh karena udah pake waktu lajang secara maksimal. Hehe.
Banyak orang yang melihat wanita lajang sebagai orang yang harus dikasihani. Duh, ini salah banget loh. Justru sebagai Wanita dalam Penantian bisa mengembangkan hubungan khusus kita dengan Kristus tanpa gangguan apapun. Ini emang rancangan Allah dari semula. Ia dengan lembut menciptakan wanita untuk mengasihi Dia dan untuk mengalami berkat bersekutu dengan-Nya. Inget ga di kisah Kejadian, waktu pertama kali Allah menciptakan Hawa, Adam dibuat tertidur. Yang pertama kali dilihat Hawa siapa? Bukan Adam, tapi Allah. Hawa menikmati waktu bersekutu dengan Allah, berdua aja, sebelum akhirnya dia dibawa kepada Adam. Jadi Hawa benar-benar menikmati Dia dan mengabdikan dirinya secara total untuk Allah.
Allah masih pengen wanita-wanita jaman sekarang alias kita, mengenal dan mengasihi Allah seperti itu juga, tapi karena dosa dan tipu muslihat Iblis, kita jadi ga punya gambaran benar tentang Allah. Sama seperti Hawa yang telah dibohongi, kita juga nih. Karena ga mendapat gambaran benar bahwa Allah sungguh mengasihi kita dan merancangkan yang terbaik untuk kita, kita jadi ragu sama Dia, dan kita berusaha mencari orang lain untuk memenuhi kerinduan kita akan kasih.
Jadi, kenapa pengenalan yang tepat akan Allah ini penting? Karena bagaimana caranya kita bisa mengabdi pada Allah kalau kita tidak kenal Dia? Bagaimana bisa menyerahkan tanpa ragu kalau kita ga yakin siapa Dia dan ga percaya apa yang Dia akan berikan pada kita? Pengalaman masa lalu, kepahitan, dan tindakan orang-orang di sekitar kita bisa memberikan gambaran yang ga tepat tentang Allah. Nah, cara paling baik untuk kita mengenal Allah adalah dengan membangun hubungan kita pribadi dengan Dia, menyelinap masuk ke bawah sayap-Nya dan menemukan sendiri siapakah Allah sebenarnya, perlindungan yang kita butuhkan.
Gimana caranya untuk menyelinap masuk ke bawah sayap-Nya? Sediakan waktu untuk berkomunikasi dengan Dia, salah satunya lewat membaca Firman Tuhan. Percayalah. Doa ga cukup kalo ga disertai pengertian akan Firman. Orang Kristen yang cuma mau doa tanpa mau baca Alkitab sama dengan orang yang berangkat perang, tau cara pake senjata, tapi senjatanya ga dibawa. Sedangkan yang baca Alkitab aja tapi ga pernah doa, kaya orang yang bawa senjata, tapi ga tau gimana cara pakenya. Intinya, dua hal itu ga terpisahkan. Baca lebih lengkap di Perlengkapan Senjata Allah salah satu perikop favorit gw hehe. Di situ akan lebih jelas apa jadinya kalo kita ga mengenal Firman Tuhan.
Memang percuma kalo kenal Firman aja tapi ga dilakukan, kaya kata Yakobus 1:22-27, kita harus jadi pelaku Firman bukan hanya Pendengar saja. Tapi untuk jadi pelaku pertama-tama kita harus tau dulu, bukan begitu? Hehe. Oh ya, buat yang males baca karena ada bagian-bagian yang ga ngerti, gw juga begitu. Emang harus rajin-rajin baca buku referensi lain karena kita hidup di budaya yang beda. Sebelum baca, doa dulu minta hikmat. Kalo emang ada yang ga ngerti bisa tanya sama pendeta kita. Yang penting tetep usaha baca. Kenapa? Mari baca perumpamaan tentang Kantong Plastik. Bagus banget. Hihi.
Mencari Cinta Sejati
Mencari Allah itu kaya membangun persahabatan, ada banyak cakap-cakap, saling dengerin satu sama lain, saling tulis surat, cari tau apa yang disuka dan ga disuka, saling mikirin, terus juga melakukan hal-hal yang menyenangkan sahabat kita. Makin banyak menghabiskan waktu bersama, makin dalam pula kita mengenal dia. Seperti itu juga hubungan kita dengan Allah. Gimana sih cara kita mencari cinta sejati alias Allah kita?
1. Mencari dengan segenap hati.
Yeremia 29:12-13 menjanjikan kalo kita mencari Allah dengan segenap hati, maka kita akan mendapati-Nya. Hati kita adalah kunci pengabdian kita pada Allah. Agar dapat menemukannya, kita harus benar-benar mencari dengan sepenuh hati, bukan setengah, atau 99% hati. Apa itu berarti Allah menuntut kita terlalu banyak dengan meminta segenap hati kita? Coba sekarang kita renungkan, nanti kalo kita udah punya suami, terus dia bilang, “Honey, aku mencintaimu dan akan mengasihimu selama 364 hari dalam setahun. Tapi aku minta 1 hari aja ya, buat cari cewek lain.”
Nah lho, udah banyak tuh 364 hari dia kasih buat kita. Tapi apa kita mau walo cuma 1 hari aja dia cari cewek lain? Enggak, donk? Hehe. Egois ga kita? Enggak donk (lagi). Kaya gitu jugalah Allah kita. Dia ga mau 313 hari kita menyembah Dia, tapi 52 hari lain (sehari setiap minggunya) kita baca Ramalan Bintang yang kita kira sepele tapi sebenernya termasuk nyembah berhala karena percaya pada “ilah” lain (buat pembahasan, klik link).
Allah ga nuntut macem-macem, ga nuntut dari pagi kita bangun sampe malem kita tidur kita di kamar terus abisin waktu sama Dia. Nope. Tapi yang penting adalah gimana kita selalu prioritasin Dia di tempat nomor satu, tidak tergeser karena hal-hal lain. Kita ga bisa menyimpan sebagian hati kita buat sesuatu yang keliatannya lebih baik nanti. Pengabdian kita kepada Kristus haruslah suatu komitmen serius pada Ketuhanan Kristus. Kristus mengasihi kita dan menyerahkan dirinya sepenuhnya bagi kita. Sebagai balasannya, abdikanlah diri kita sepenuh hati untuk mengasihi dan menikmati Dia selama 365 hari dalam setahun.
2. Mencari dengan hati yang bersih.
Nah, terus kalo kita ingin mengenal Allah secara intim, bukan cuma mencari dengan sepenuh hati, tapi juga dengan hati yang bersih. Jadi kita harus bersihkan bercak-bercak dosa yang muncul di antara kita dan Kristus. Soalnya Tuhan ga bisa tinggal bersama dosa, dosa itu menjijikan bagi Dia. Coba bayangin waktu sepasang kekasih yang lagi jatuh cinta. Si cowok sangat menikmati berada dekat dengan ceweknya. Tapi pas lagi ngobrol, napasnya bau! Eugh, ternyata si cewek abis makan bawang, padahal si cowok benci banget bau itu! Si cowok pasti jadi ilfil. Terus gimana donk? Berkumurlah si cewek pake obat kumur yang ampuh biar napasnya jadi seger lagi. Lebih baik lagi, si cewek ga akan makan bawang pas mo ketemu si cowok, supaya di antara mereka ga ada halangan apapun untuk berdekatan. Nah, dosa itu lebih memuakkan bagi Allah daripada sekedar napas bau bawang. Jadi kalo ingin pengabdian kita lengkap, jangan tunda lagi, akui dan bereskan dosa itu di hadapan Allah setiap tercium napas rohani yang tidak sedap.
3. Mencari dengan hati yang murni
Banyak orang yang lebih suka mencari tangan Tuhan (baca: berkat) daripada wajah-Nya (baca: kehendak). Mereka tidak menginginkan Allah sebanyak mereka menginginkan sesuatu dari Allah. Sesuatu itu dapat berupa pria, kebahagiaan, atau sebuah keluarga. Pencarian pada Allah yang tidak murni ini hanya terbatas pada apa yang bisa didapatkan. Ini lebih menyerupai kasih terhadap diri sendiri daripada kasih pada Allah.
Pencarian semacam ini hanya akan berujung pada kesengsaraan, bukan kasih yang kita rindukan. Padahal Allah bukan kartu kredit kita, Dia tau motivasi kita. Kalau kita mau bertumbuh dalam pengetahuan tentang Allah, kita harus mencari Dia dengan hati yang benar, yaitu dengan hati yang murni. Wanita yang mencari Dia dengan hati yang murni bukan berfokus pada apa yang Allah berikan, tapi wanita tersebut bersuka di dalam Dia. Sama kaya kita yang pasti ga mau dikasihi cuma gara-gara ada yang bisa diminta dari kita, Allah juga ga mau. Jadi kita harus mencari Dia karena siapa Dia, bukan karena apa yang bisa Allah lakukan bagi kita.
4. Mencari dengan hati yang mendengarkan
Pernah ga dalam suatu percakapan, lawan bicara kita tuh ngomong terus? Kita ga dikasih kesempatan sama sekali buat ngomong. Bahkan kalaupun orang itu sangat istimewa buat kita, pasti tetep capek deh kalo terus-terusan pembicaraannya satu arah. Nah, kaya gitu juga komunikasi kita ke Tuhan. Kita emang sangat istimewa di mata Tuhan dan Dia suka dengerin kita cerita dan menghabiskan waktu dengan-Nya. Tapi ada banyak hal yang ingin Dia sampaikan, yang jadinya ga kedengeran sama kita karena kita ngomong terus. Minta ini, minta itu, ngeluh ini, ngeluh itu, cerita ini cerita itu, lalu Amin. Terus kapan giliran Tuhan ngomongnya? Pas baca Alkitab juga, abis baca secepat kilat lalu tutup. Ga ada waktu buat merenung dan mendengarkan apa yang mau Tuhan sampaikan. Lebih lanjut pembahasannya di Listening to His Voice.
Kaya pas kita kenalan sama orang, kalo kita doank yang cerita, jadinya kita ga tau apa-apa tentang orang itu kan? Jadi ga kenal lebih dalem tentang Dia. Begitu juga ketika kita ga pernah memberi kesempatan Tuhan untuk bicara. Kita ga bisa mengenal Dia lebih lagi. Pengetahuan kita jadi dangkal. Waktu saat teduh dengan Allah tiap hari, belajarlah untuk mendengarkan Dia waktu kita baca dalam Alkitab, kasih dan pemikiran-Nya tentang kita. Dengarkan apa yang Tuhan ingin sampaikan secara pribadi. Duduklah dengan tenang dan tulis kesan-kesan yang didapat saat mendengarkan. Alkitab adalah surat cinta Tuhan, dengan mempelajarinya kita jadi tau apa yang Dia pikirkan tentang kita dan renana-rencana indah yang Dia siapkan. Alkitab adalah buku harian Tuhan, sehingga dengan membacanya kita jadi tau isi hati-Nya yang terdalam, dan kita bisa mengenal karakter-Nya dengan jelas. Kalo udah kaya gitu, saat teduh kita pasti akan terus bertumbuh.
Gimana? Makin semangat mencari Allah? One thing we should remember in mind, keadaan lajang itu bukan kutukan. Perempuan lajang ga harus dikasihani sampai akhirnya mereka menikah. Justru keadaan lajang bikin kita punya lebih banyak waktu untuk mencari Allah. Terlalu banyak wanita lajang yang menyia-nyiakan tahun-tahun berharga saat ia menanti “kehidupan dimulai” – setelah pernikahan. Padahal mengabdikan diri bagi Allah tidak bisa menunggu sampai kita menikah. Kita harus memilih untuk mengejar kekasih jiwa kita, tunangan surgawi kita, Yesus Kristus. Kita udah dikasih waktu-waktu yang berharga, jangan disia-siakan karena waktu tidak akan kembali lagi. Jadilah wanita yang penuh pengabdian, taat dan setia kepada Dia.
No comments:
Post a Comment