Ga kerasa kita udah masuk Bab 10 buku Lady in Waiting. Setelah belajar tentang Wanita yang Penuh Keyakinan, terakhir kita akan belajar menjadi Wanita yang Sabar. Kenapa ini jadi Bab paling akhir? Karena setelah memahami betul semua tujuan, rancangan, dan maksud Allah, bagian terakhir dibungkus dalam sikap hati paling penting dalam penantian, yaitu kesabaran.
Mari kita belajar tentang Wanita yang Sabar dari 2 orang teman sekamar, yang udah sering banget jadi pengiring pengantin sampe-sampe gaun mereka saking banyaknya udah bisa bikin tempat sewa gaun. Mereka masih menunggu pria yang disediakan Allah bagi mereka, dan mereka menikmati masa lajangnya padahal umur mereka ga lagi muda. Mereka juga bilang klo nanti akhirnya mereka menikah, lagu prosesi yang akan diputer adalah Great is Thy Faithfulness.
Mungkin kita bertanya-tanya, kok bisa ya mereka nunggu kaya gitu? Gimana wanita yang sudah berumur bisa sabar waktu keliatannya penantian itu tiada akhir. Menanti itu kan ga segampang waktu kita muda, dan bisa jadi luar biasa susah waktu kita jadi makin tua.
Tapi Allah menunjukkan kesetiaan-Nya pada 2 sahabat ini dengan cara istimewa. Mereka yang memilih untuk menantikan yang terbaik dari-Nya, terlepas dari kenyataan mereka akan menikah atau tidak. Allah membiarkan pangeran mereka muncul bagi masing-masing mereka hanya selang beberapa minggu. 2 sahabat karib ini bersukacita dalam kesetiaan Allah saat mereka merencanakan acara pernikahan mereka dan kemudian saling berpartisipasi dalam acara pernikahan. Mereka menyaksikan kesetiaan Allah dalam pernikahan sebagaimana dalam masa lajang karena mereka menantikan waktu Allah.
Apa penantian mereka gampang? Pastinya enggak, gw bisa ngebayangin gimana rasanya klo umur udah hampir kepala 3 terus masih belom ketemu juga, lalu kita bisa mikir macem-macem, “Tuhan mau gw nikah ga sih?” atau “Tuhan lupa ya klo gw belom punya pasangan?”
Tapi apa penantian itu worth it? Mereka jawab, “Puji Tuhan. Ya, penantian ini memang pantas dilakukan!”
Yuk, teguhkan hati kita. Kita ga sendiri kok dengan perasaan dan pergumulan yang kita hadapi ini. Banyak wanita saleh yang telah menanti dan menang. Banyak wanita yang telah kehilangan harapan dan berkompromi. Menantilah dengan sabar dan percayakan masa depan kita kepada Bapamu yang telah merencanakannya bagi kita. Percaya kalo Dia yang menulis kisah cinta kita.
Konsekuensi Ketidaksabaran
Ada konsekuensi-konsekuensi suram bagi para wanita lajang yang tidak memilih untuk mengembangkan kesabaran dan menantikan waktu Allah. masyarakat kita dipenuhi dengan contoh-contoh yang membuat hancur hati. Beberapa berakhir dengan perceraian; yang lain berakhir dengan perpisahan emosi yang menyebabkan suami dan istri hanya berada dalam satu atap tanpa ada ikatan emosi. Beberapa meninggalkan kerusakan pada anak-anak yang berharga. Kerusakan yang dihasilkan oleh rasa takut dan tidak aman akibat pernikahan yang tidak sehat. Allah tidak bermaksud agar wanita memiliki kehidupan seperti itu.
Mengembangkan Kesabaran
Aster: Flower of Patience |
Patience is not the ability to wait, but the ability to keep good attitude while waiting. –Joyce Meyer
Biblically, waiting is not just something we have to do until we get what we want. Waiting is part of the process of becoming what God wants us to be. –John Ortberg
Dua kutipan di atas jelas banget kan menggambarkan apa yang harus kita lakukan sembari menunggu?
Pertama, kesabaran itu bukan cuma soal kita bisa nunggu apa enggak. Kaya misalnya nunggu bus TransJakarta yang lama banget datengnya. Kalo kita tetep nunggu (karena emang terpaksa, klo ga mau naik apa? Haha) terus kita ngomel-ngomel, berarti kita ga sabar donk. Beda kalo kita nunggu dengan sabar, mungkin memaksimalkan waktu dengan baca buku ato apa, tetep muji Tuhan. Sama hal-nya pas nunggu calon pasangan hidup. Kalo sambil mengasihani diri, ato ngejar sana-sini, ga bisa dibilang sabar kan? Beda kalo nunggunya dengan tetep memuji Tuhan, setia melayani Tuhan, terus mengembangkan kualitas-kualitas karakter supaya makin serupa dengan Yesus, dan yang paling penting, sadar kalo kita utuh karena Yesus.
Ketika kita menyerahkan kehidupan dan masa depan kita ke tangan Yesus, entah apakah kita akan menikah ato ga, yang penting kita bisa hidup buat kemuliaan Tuhan, itu udah cukup buat kita punya damai dan kuasa dalam hidup kita, cukup untuk buat kita bahagia.
Kita bisa melayani Tuhan dengan setia dan puas, sehingga ketika pada akhirnya kita ketemu dengan pangeran kita, kita udah menunggu dengan sabar dan menggunakan waktu penantian untuk bersiap-siap.
Ada juga yang mungkin merasa kenapa kok pangerannya ga dateng-dateng, padahal kita udah menunggu lama dan merasa udah melakukan semua yang perlu dilakukan. Bisa jadi pada saat itu Tuhan sedang membentuk pangeran kita. Bukan cuma kita para wanita yang memerlukan hari-hari penantian supaya disempurnakan buat teman hidup kita nanti. Akhirnya pada saat kita bertemu, kita baru ngerti kenapa harus menanti. Ketika kita menumbuhkan kesetiaan kepada Allah, ternyata pangeran kita sedang bertempur dan mengalahkan beberapa naga.
Mazmur 37:7 berkata, "Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia..." Jadi jangan menantikan sang pria atau masa depan sempurna, tapi nantikanlah Dia.
Kita harus menyadari bahwa tidak semua wanita akan menikah. Pernikahan bukanlah suatu kebutuhan, meskipun Allah memilih untuk membiarkan pernikahan memenuhi beberapa kebutuhan yang mungkin dimiliki seorang wanita. Pernikahan tidak membuat seorang wanita menjadi lengkap, mesti beberapa wanita yang menikah mendapati bahwa pernikahan melengkapi beberapa kelemahan mereka. Jika pernikahan adalah suatu kebutuhan atau sesuatu yang membuat wanita lengkap, maka semua wanita yang saleh akan menikah. Ada banyak contoh wanita yang benar-benar memuliakan Tuhan yang tidak memiliki teman hidup tapi tetap merupakan Wanita yang Sabar.
Mungkin kita sedang menantikan seorang pria, tapi fokuslah menantikan mempelai Surgawi kita, Yesus Kristus! Tuhan pencipta kita, hanya Dia yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan terdalam hati kita.
Jangan biarkan ketidaksabaran merampas kita dari kehidupan lajang yang diberkati Allah. Sadarilah bahwa kita tidak membutuhkan pernikahan untuk bahagia dan memilki hidup yang utuh. Serahkan pernikahan kita ke tangan Allah. Dia tau apa yang terbaik bagi kita. Penentuan waktu-Nya sempurna dan Ia akan memelihara wanita-Nya, Wanita yang Sabar.
Kita bisa melayani Tuhan dengan setia dan puas, sehingga ketika pada akhirnya kita ketemu dengan pangeran kita, kita udah menunggu dengan sabar dan menggunakan waktu penantian untuk bersiap-siap.
Ada juga yang mungkin merasa kenapa kok pangerannya ga dateng-dateng, padahal kita udah menunggu lama dan merasa udah melakukan semua yang perlu dilakukan. Bisa jadi pada saat itu Tuhan sedang membentuk pangeran kita. Bukan cuma kita para wanita yang memerlukan hari-hari penantian supaya disempurnakan buat teman hidup kita nanti. Akhirnya pada saat kita bertemu, kita baru ngerti kenapa harus menanti. Ketika kita menumbuhkan kesetiaan kepada Allah, ternyata pangeran kita sedang bertempur dan mengalahkan beberapa naga.
Mazmur 37:7 berkata, "Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia..." Jadi jangan menantikan sang pria atau masa depan sempurna, tapi nantikanlah Dia.
Kita harus menyadari bahwa tidak semua wanita akan menikah. Pernikahan bukanlah suatu kebutuhan, meskipun Allah memilih untuk membiarkan pernikahan memenuhi beberapa kebutuhan yang mungkin dimiliki seorang wanita. Pernikahan tidak membuat seorang wanita menjadi lengkap, mesti beberapa wanita yang menikah mendapati bahwa pernikahan melengkapi beberapa kelemahan mereka. Jika pernikahan adalah suatu kebutuhan atau sesuatu yang membuat wanita lengkap, maka semua wanita yang saleh akan menikah. Ada banyak contoh wanita yang benar-benar memuliakan Tuhan yang tidak memiliki teman hidup tapi tetap merupakan Wanita yang Sabar.
Mungkin kita sedang menantikan seorang pria, tapi fokuslah menantikan mempelai Surgawi kita, Yesus Kristus! Tuhan pencipta kita, hanya Dia yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan terdalam hati kita.
Jangan biarkan ketidaksabaran merampas kita dari kehidupan lajang yang diberkati Allah. Sadarilah bahwa kita tidak membutuhkan pernikahan untuk bahagia dan memilki hidup yang utuh. Serahkan pernikahan kita ke tangan Allah. Dia tau apa yang terbaik bagi kita. Penentuan waktu-Nya sempurna dan Ia akan memelihara wanita-Nya, Wanita yang Sabar.
Akhir kata, semoga kita semua dapat menjadi wanita yang tanpa ragu-ragu menyerahkan diri kepada Allah, dengan giat menggunakan hari-hari lajang kita, percaya kepada Tuhan dengan iman yang tak tergoyahkan, melakukan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari, mengasihi Allah dengan pengabdian yang tak teralihkan, menjaga kemurnian fisik dan emosi, hidup dalam rasa aman, menanggapi hidup dengan penuh rasa puas, membuat keputusan berdasarkan keyakinan, dan dengan sabar menanti Allah memenuhi kebutuhan kita.
Suggested reading:
Precious Waiting Moment
Suggested reading:
Precious Waiting Moment
Great is Thy faithfulness. Great is Thy faithfulness.
Morning by morning new mercies I see.
All I have needed Thy hand hath provided;
Great is Thy faithfulness, Lord, unto me.
Hai kak, Terimakasih banyak sudah membagikan lady in waiting dalam bahasa yang lebih mudah dimengerti. Dua hari ini saya membaca Bab I sampai Bab X dan saya merasakan hidup saya benar2 diberkati Tuhan dalam penantian ini. Sekali lagi terimakasih banyak. Tuhan Yesus Memberkati. Setelah hampir 9 tahun tulisan kk di publish pasti banyak membawakan banyak berkat untuk wanita - wanita diluar sana including me.
ReplyDelete