Setelah belajar tentang keutuhan dan kelengkapan kita sebagai wanita di dalam Yesus Kristus dan menyerahkan hidup kita tanpa ragu di Bab 1, sekarang kita akan mengambil langkah selanjutnya untuk menjadi yang terbaik bagi Allah dalam masa penantian. Mari belajar tentang Wanita yang Rajin.
Masa lajang kita adalah masa yang sangat baik untuk melayani Tuhan semaksimal mungkin, apalagi sebagai wanita, waktu kita masih belum terbagi antara suami dan anak-anak. Mungkin kita bisa coba tengok para istri yang udah jadi ibu, sibuk dan repotnya bukan main, apalagi kalo anaknya masih kecil-kecil. Katanya wanita yang sudah menikah itu 3 kali lipat lebih sibuk daripada wanita lajang lho. Banyak dari mereka berkata susah untuk memiliki Time Alone with God, karena bahkan waktu untuk Me Time aja ga ada.
Jadi apakah kita masih berpikir bahwa keadaan single ini menyedihkan? Apakah para lajang adalah orang-orang yang patut dikasihani? No No No! Justru kita harus bersyukur karena dalam keadaan ini kita punya waktu lebih banyak untuk melayani Tuhan tanpa gangguan. Justru waktu yang tepat untuk memanfaatkan setiap kesempatan adalah masa lajang kita. Setiap orang percaya harus menggunakan waktunya dengan bijaksana, seperti kata firman Tuhan di Efesus 5:15-17 yang berkata bahwa kita harus memperhatikan baik-baik cara hidup kita, hidup seperti orang-orang bijak yang menggunakan sebaik-baiknya setiap kesempatan yang ada pada kita, dan menyelidiki apa yang dikehendaki Tuhan.
Sebagai wanita lajang, kita bisa melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan wanita yang telah menikah karena tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu. Ironisnya, sebagian wanita lajang dapat menjadi sangat tertekan karena status lajangnya sehingga mereka secara emosi lebih mengalami banyak gangguan dibandingkan dengan seorang istri dan ibu dari empat orang anak.
Nah, jadi daripada kita galau-galau di rumah pas malam minggu mikirin kejombloan dan kesendirian kita, lebih baik kita menyadari bahwa waktu yang dipercayakan di titik kehidupan kita saat ini sangatlah berharga dan terlalu sayang untuk disia-siakan. Daripada kita menolak jam-jam kesendirian kita, lebih baik kita rangkul waktu-waktu tersebut sebagai hadiah dari Allah, satu paket berisi kesempatan-kesempatan untuk melayani-Nya. Kesempatan tersebut hanya dapat dibatasi oleh kekurangtaatan dan rasa mengasihani diri sendiri.
Sebagai wanita, adalah suatu pemikiran yang salah kalo kita menyangka kehidupan kita dimulai setelah menikah. Kita menunggu sampai ada pria yang datang mengubah hidup kita, membawa kita keluar dari masa lajang yang membosankan dan sepi. Tapi sebenarnya, pria itu sudah datang! Yesus telah datang mengubah hidup kita, mengangkat kita dari kehidupan penuh dosa, dan menawarkan hidup baru bersama-sama, ga ada lagi kebosanan dan kesepian, karena kita begitu berapi-api bersama Dia. Seorang wanita lajang memiliki kecantikan klasik ketika ia belajar bagaimana menggunakan waktu luangnya bagi Yesus dan bukannya duduk di rumah bergalau-galau ria atau sibuk menebar pesona dan mengejar-ngejar pria.
Masa lajang kita adalah masa yang sangat baik untuk melayani Tuhan semaksimal mungkin, apalagi sebagai wanita, waktu kita masih belum terbagi antara suami dan anak-anak. Mungkin kita bisa coba tengok para istri yang udah jadi ibu, sibuk dan repotnya bukan main, apalagi kalo anaknya masih kecil-kecil. Katanya wanita yang sudah menikah itu 3 kali lipat lebih sibuk daripada wanita lajang lho. Banyak dari mereka berkata susah untuk memiliki Time Alone with God, karena bahkan waktu untuk Me Time aja ga ada.
Jadi apakah kita masih berpikir bahwa keadaan single ini menyedihkan? Apakah para lajang adalah orang-orang yang patut dikasihani? No No No! Justru kita harus bersyukur karena dalam keadaan ini kita punya waktu lebih banyak untuk melayani Tuhan tanpa gangguan. Justru waktu yang tepat untuk memanfaatkan setiap kesempatan adalah masa lajang kita. Setiap orang percaya harus menggunakan waktunya dengan bijaksana, seperti kata firman Tuhan di Efesus 5:15-17 yang berkata bahwa kita harus memperhatikan baik-baik cara hidup kita, hidup seperti orang-orang bijak yang menggunakan sebaik-baiknya setiap kesempatan yang ada pada kita, dan menyelidiki apa yang dikehendaki Tuhan.
Sebagai wanita lajang, kita bisa melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan wanita yang telah menikah karena tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu. Ironisnya, sebagian wanita lajang dapat menjadi sangat tertekan karena status lajangnya sehingga mereka secara emosi lebih mengalami banyak gangguan dibandingkan dengan seorang istri dan ibu dari empat orang anak.
Nah, jadi daripada kita galau-galau di rumah pas malam minggu mikirin kejombloan dan kesendirian kita, lebih baik kita menyadari bahwa waktu yang dipercayakan di titik kehidupan kita saat ini sangatlah berharga dan terlalu sayang untuk disia-siakan. Daripada kita menolak jam-jam kesendirian kita, lebih baik kita rangkul waktu-waktu tersebut sebagai hadiah dari Allah, satu paket berisi kesempatan-kesempatan untuk melayani-Nya. Kesempatan tersebut hanya dapat dibatasi oleh kekurangtaatan dan rasa mengasihani diri sendiri.
Sebagai wanita, adalah suatu pemikiran yang salah kalo kita menyangka kehidupan kita dimulai setelah menikah. Kita menunggu sampai ada pria yang datang mengubah hidup kita, membawa kita keluar dari masa lajang yang membosankan dan sepi. Tapi sebenarnya, pria itu sudah datang! Yesus telah datang mengubah hidup kita, mengangkat kita dari kehidupan penuh dosa, dan menawarkan hidup baru bersama-sama, ga ada lagi kebosanan dan kesepian, karena kita begitu berapi-api bersama Dia. Seorang wanita lajang memiliki kecantikan klasik ketika ia belajar bagaimana menggunakan waktu luangnya bagi Yesus dan bukannya duduk di rumah bergalau-galau ria atau sibuk menebar pesona dan mengejar-ngejar pria.
Kita bukan wanita yang menunggu datangnya pasangan hidup dan duduk diam. Kita adalah wanita dalam penantian yang menyerahkan semuanya kepada Tuhan dan menggunakan masa-masa ini dengan sebaik-baiknya. Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menjadi Wanita yang Rajin.
1. Kerajinan dan Pelayanan Mengajar dan Penatalayanan
Apa kita rindu membagikan firman Tuhan kepada anak-anak? Kita bisa jadi guru sekolah minggu. Kita bisa berbagi kabar keselamatan dengan orang-orang yang bertanya dan ingin tahu. Kita ga perlu sekolah alkitab untuk bisa melakukan ini. Kuncinya adalah gunakan waktu dengan bijaksana. Kita bisa banyak membaca buku dan merenungkan firman Tuhan, sehingga kita bisa mengajar yang kita telah ketahui kepada mereka yang belum tahu. Kita bisa pergi ikut pelayanan misi ke daerah-daerah, sesuatu yang akan sulit kita lakukan setelah menikah.
1. Kerajinan dan Pelayanan Mengajar dan Penatalayanan
Apa kita rindu membagikan firman Tuhan kepada anak-anak? Kita bisa jadi guru sekolah minggu. Kita bisa berbagi kabar keselamatan dengan orang-orang yang bertanya dan ingin tahu. Kita ga perlu sekolah alkitab untuk bisa melakukan ini. Kuncinya adalah gunakan waktu dengan bijaksana. Kita bisa banyak membaca buku dan merenungkan firman Tuhan, sehingga kita bisa mengajar yang kita telah ketahui kepada mereka yang belum tahu. Kita bisa pergi ikut pelayanan misi ke daerah-daerah, sesuatu yang akan sulit kita lakukan setelah menikah.
2. Kerajinan dan Pelayanan Pemberi Semangat
Mungkin kita ada dalam posisi dimana seseorang butuh motivasi dan dorongan semangat dari kita. Kita bisa memberikan itu pada mereka, supaya dengan perkataan kita dapat memberi semangat baru pada orang yang letih lesu, dengan hikmat tentunya. Dengan banyak berlatih, akan memberikan kesempatan istimewa untuk menjadi selang air Allah di tempat banyak orang-orang kehausan.
3. Kerajinan dan Pelayanan Doa
Apa kita punya partner doa? Kalo belum punya, cari yuk. Ajak teman, kakak rohani, adik rohani, atau siapapun yang memiliki kerinduan pelayanan yang sama untuk menjadi partner doa kita. Dengan partner doa, kita dapat berdoa sepakat dan melayani banyak orang melalui doa-doa kita. Seperti di poin 2, misalnya keadaan tidak memungkinkan untuk kita memberi motivasi lewat kata-kata, kita bisa menolong dengan doa.
4. Kerajinan dan Pelayanan Menulis
Melayani dengan menulis dapat membuat si penerima membacanya lagi dan lagi. Seperti sebagian besar isi Perjanjian Baru yang merupakan surat-surat bagi orang percaya. Nah, mungkin kita tidak bisa menulis yang panjang-panjang, tapi menuliskan beberapa kalimat pembangkit semangat di kartu atau email dan memberikannya pada orang lain dapat menyegarkan mereka lho, dan terus dikenang karena bisa dibaca lagi.
5. Kerajinan dan Pelayanan Mendengar
Pelayanan ini membutuhkan hikmat dan kerendahan hati. Ketika orang sedang dalam masa sulit dan mungkin membutuhkan kita untuk mendengar, jangan membuat kesalahan dengan menyampaikan kata-kata yang kita rasa benar namun sebenarnya tidak perlu. Waktu seseorang berduka, kehadiran kita menyediakan lebih banyak kekuatan daripada kata-kata. Waktu seseorang berbeban berat, kita bisa mendengarkan dan berdoa dalam hati daripada secara verbal memberi solusi atas masalah itu. Merasa puas mendengarkan adalah hadiah yang bisa kita berikan pada orang itu. Kadang-kadang lagu atau kebenaran teragung bukanlah hal yang cocok pada masa krisis. "Orang yang menyanyikan nyanyian untuk hati yang sedih adalah seperti orang yang menanggalkan baju di musim dingin, dan seperti cuka pada luka." (Amsal 25:20).
6. Kerajinan dan Pelayanan Pertolongan
Pelayanan yang satu ini menuntut tindakan kita, bahkan yang sederhana juga bisa. Misalnya dengan memasak bagi gereja, atau tetangga kita, atau teman-teman kita. Jadi kita masak bukan cuma untuk pria incaran agar kita terlihat seperti calon istri ideal dan bertujuan memikat dia. Hehe. Atau kita jago jahit, kita bisa bikin baju untuk anak-anak panti asuhan sebagai proyek Natal kita. Selain itu, melayani bukan hanya di gereja, atau untuk orang-orang seiman, atau untuk pekerjaan-pekerjaan yang kelihatannya berhubungan dengan Tuhan. Menolong teman kita pindah rumah, atau cuci piring saat dia sibuk, apapun itu, adalah pelayanan pertolongan. Kecuali menolong memberi contekan atau berbuat hal-hal yang tidak dikehendaki Tuhan ya. Hehe. "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23).
Mungkin kita merasa hal-hal yang kita lakukan sangat sepele, monoton, dan tidak mengesankan. Atau pelayanan kita tidak dilihat orang sehingga tidak ada yang merespon. Tenang! Bapa kita di Surga melihat dan menghargai itu. Justru malah lebih baik begitu daripada kita sengaja melayani agar dilihat orang dan mendapat pujian manusia. Jadi kalo setelah ini ada tawaran untuk menolong melakukan sesuatu yang kelihatannya tidak menarik, jangan ragu, ini adalah kesempatan kita untuk berlatih terus menjadi wanita yang rajin.
Setelah kita terbiasa fokus pada Tuhan dan mengisi masa lajang kita sebaik-baiknya, justru nanti setelah kita menikah kita akan terus memiliki produktifitas itu. Kita akan selalu punya Time Alone with God, waktu yang cukup untuk suami dan anak-anak kita, dan terus melayani Tuhan, karena kita telah berlatih dari sekarang bagaimana menggunakan waktu dengan bijaksana. Semangat ya, mari kita sama-sama berlatih jadi wanita yang rajin!
Next: Wanita yang Beriman
No comments:
Post a Comment