Pages

Saturday, January 26, 2013

PHYSICAL BOUNDARIES IN RELATIONSHIP

Mari kita belajar tentang batasan fisik dalam pacaran (atau we better say that courtship). Ditulis sebagai bagian dari post yang judulnya Wanita yang Murni, bagian Purity: How to Guard Ourselves? Jangan ngerasa ini sebagai setumpuk peraturan yang berat dan membebani ya. Ini semua berguna buat melindungi diri kita sendiri kok, dan juga pasangan kita. 

Kenapa sih batasan fisik penting? Kenapa butuh pagar yang membatasi? Supaya ga kebablasan. Supaya kalo jalanannya licin ga terpeselet dan meluncur lalu bablas. Sebagai manusia yang hidup masih dalam daging, sentuhan sedikit aja udah bisa membangkitkan nafsu. Area ini bukan untuk kompromi, jadi itulah gunanya kita menetapkan batasan-batasan untuk saling melindungi satu sama lain.

Di bukunya yang berjudul Boy Meets Girl, Joshua Harris cerita gimana dia bikin batasan sama Shannon (istrinya sekarang) pas masa-masa mereka menjalin hubungan, supaya mereka tetap dapat menjaga kemurnian. Contohnya kaya di bawah ini: 

Kami tidak akan saling pegang-pegang, artinya kami tidak boleh:
  • mengusap-usap punggung, leher, atau lengannya
  • menyentuh atau membelai mukanya
  • memainkan rambutnya
  • menggaruk lengan atau punggunggnya

Kami tidak akan berdekapan, maksudnya:
  • tidak duduk berdempetan di sofa, menonton film
  • tidak bersandar di pundaknya
  • tidak berbaring bersebelahan
  • tidak main gelut-gelutan (cuddling)
Kami akan menjaga pembicaraan dan pikiran kami, maksudnya:
  • tidak membicarakan hubungan fisik di masa depan
  • tidak memikirkan apa yang bisa menjadi dosa sekarang ini
  • tidak membaca (sebelum waktunya) bacaan tentang hubungan intim dalam pernikahan
  • Kami tidak akan berduaan ketika hari sudah larut malam.

Ekspresi fisik yang masih pantas:
  • berpegangan tangan
  • Josh menaruh lengannya di pundak Shannon
  • Bersentuhan pipi sejenak.

Nah, ini bukan rumus atau formula saklek yang harus disalin mentah-mentah. Batasan ini dibuat oleh masing-masing pribadi atau pasangan, sesuai dengan keadaan mereka sendiri. Ada pendeta yang bikin aturan sama pacarnya (sebelum mereka menikah) kalo mereka boleh ciuman bibir tapi cuma dengan mempertemukan bibir ga lebih dari 3 detik, karena kalo lebih lama atau melibatkan lidah takutnya mereka kebablasan. Ada yang lebih memilih buat sama sekali ga ciuman karena takut ga bisa ngontrol. Kalo mama rohani gw malah bilang sekalian ga usah cium pipi soalnya pipi tuh empuk, jadi bikin nafsu, kalo mau cium kening aja, keras. Hahaha. 

Ada yang menganggap pelukan ga masalah karena itu ekspresi kasih. Ada yang menghindari itu dalam hubungan mereka karena ketika pelukan kan dada cewek pasti nempel ke dada cowok, dan itu bisa aja bikin si cowok jadi bernafsu. Ada yang dengan rangkulan atau pelukan aja udah terangsang. Ada yang cuma pegangan tangan aja, cowoknya jadi berpikiran yang enggak-enggak dan akhirnya si cowok memilih buat ga pegangan tangan sama sekali buat melindungi ceweknya (wise choice!).

Jadi itu semua tergantung diri kita sendiri. Orang yang ga pegangan tangan bukan berarti lebih murni dari yang pelukan. Bisa aja yang pelukan emang ga mikir macem-macem. Jadi ga bisa di jadiin tolak ukur. Namun selalu ingat setiap kita melakukan apapun: Apakah itu menyenangkan Tuhan? Apakah itu pantas? Apakah itu menghormati pasangan kita? Apakah kita jadi melanggar firman saat melakukan itu? Apakah itu berguna? Apakah kita jadi batu sandungan karena melakukan itu? Ingat, mengekspresikan kasih dan membangun hubungan tidak harus selalu lewat aktifitas fisik yang berlebihan.

Suggested reading (baca ya, bagus banget!):
1. Batasan Fisik dalam Pacaran by Grace Suryani
2. Batasan Fisik by Stephanie Gunawan
3. The Godly Girl's Guide

DAN Boy Meets Girl-nya Joshua Harris tentu saja!

Real intimacy, real love, comes from holy, chaste relationships. 
—Father Dave Pivonka 

No comments:

Post a Comment